Penyebab sebuah ledakan keras mengguncang Riyadh di Arab Saudi masih menyisakan teka-teki. Pemerintah Arab Saudi belum mengeluarkan keterangan resminya terkai ledakan di Riyadh ini.
Seperti dilansir AFP, Selasa (26/1/2021), laporan koresponden AFP dan warga setempat menyebut sebuah ledakan menggetarkan jendela-jendela bangunan di Riyadh pada Selasa (26/1) siang, sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa warga di Riyadh melaporkan via media sosial mereka mendengar dua suara ledakan.
Belum diketahui secara jelas sumber suara ledakan ini. Otoritas Saudi belum memberikan pernyataan resminya.
Ledakan itu terjadi tiga hari setelah kerajaan tersebut mencegat proyektil yang ditembakkan di atas ibu kota Saudi tersebut.
Diketahui bahwa Arab Saudi telah berulang kali diserang rudal atau pesawat tak berawak (drone) dari pemberontak Houthi di negara tetangga Yaman sejak negara itu meluncurkan operasi militer di Yaman tahun 2015.
Menurut saksi mata seperti dilansir Al-Jazeera, Rabu (27/1/2021), ledakan di Riyadh tersebut terjadi pada sekitar pukul 1 siang dan menyebabkan jendela-jendela bangunan bergetar. Di media sosial, sejumlah warganet melaporkan mendengar dua ledakan.
TV Al-Arabiya milik Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial tentang sebuah rudal yang dicegat di Riyadh. Tidak disebutkan apakah rudal tersebut berasal dari kelompok Houthi di Yaman.
Kelompok Houthi juga sejauh ini tidak mengeluarkan pernyataan apapun mengenai insiden di Riyadh tersebut.
Sebelumnya pada hari Sabtu (23/1), koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan "target udara musuh" yang menuju Riyadh, demikian televisi pemerintah melaporkan.
"Mencegat dan menghancurkan sebuah target musuh di udara yang bergerak menuju Riyadh," demikian pernyataan koalisi pimpin Saudi, seperti dilaporkan televisi Al Ekhbariya.
Namun tidak disebutkan lebih lanjut apa bentuk 'target musuh' itu dan siapa yang meluncurkannya. Kelompok Houthi juga mengatakan mereka tidak terlibat.
Bandara Internasional Raja Khaled di Riyadh mengatakan ada sejumlah penundaan penerbangan setelah insiden pada hari Sabtu (23/1) tersebut. Namun, tidak diketahui secara pasti apakah penundaan itu berkaitan dengan serangan udara itu.
Arab Saudi telah memimpin intervensi militer di Yaman terhadap Houthi sejak 2015 dan telah berulang kali menjadi sasaran serangan lintas batas.
Namun, jarang sekali drone atau rudal yang diluncurkan oleh Houthi mencapai Riyadh, ibu kota kerajaan - sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan.