Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak pemerintahan presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden agar nantinya bisa membangun pencapaian dan belajar dari kegagalan Presiden Donald Trump. Salah satunya belajar dari kegagalan hubungan diplomatik Trump dengan Korea Utara.
Dilansir Associated Press, Senin (18/1/2021), Moon Jae-in telah melakukan lobi keras untuk membantu mengatur tiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Namun, diplomasi mereka menemui jalan buntu karena ketidaksepakatan atas pelonggaran sanksi AS sebagai imbalan atas pelucutan senjata nuklir Korea Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biden menuduh Trump mengejar KTT tersebut sebagai tontonan saja daripada untuk membatasi kemampuan nuklir Korea Utara. Korea Utara memiliki sejarah melakukan uji senjata dan provokasi lainnya untuk menguji presiden baru AS. Dalam pidato politiknya baru-baru ini, Kim bahkan berjanji untuk memperkuat program senjata nuklir Korut.
Sebagian besar ahli melihat komentar terbaru Kim sebagai bukti lebih lanjut bahwa dia akan mempertahankan program senjatanya untuk memastikan kelangsungan rezimnya.
Dalam konferensi pers virtual di Seoul, Korsel, Moon mengklaim bahwa Kim masih memiliki "keinginan yang jelas" untuk denuklirisasi jika Washington dan Pyongyang dapat menemukan langkah-langkah yang dapat disepakati bersama untuk mengurangi ancaman nuklir dan memastikan keamanan Korea Utara.
Ketika ditanya tentang upaya Korut untuk meningkatkan kapasitas balistiknya untuk menyerang sasaran di seluruh Korea Selatan, termasuk pangkalan AS di sana, Moon mengatakan Korsel cukup dapat mengatasi ancaman semacam itu dengan sistem pertahanan rudal dan aset militer lainnya.
"Dimulainya pemerintahan Biden memberikan kesempatan baru untuk memulai kembali pembicaraan antara Korea Utara dan Amerika Serikat dan juga antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang telah terhenti di tengah kebuntuan dalam negosiasi nuklir," kata Moon.
Erosi dalam hubungan antar-Korea telah menjadi kemunduran besar bagi Moon, yang bertemu Kim tiga kali pada 2018 sambil mengungkapkan ambisi untuk memulai kembali keterlibatan ekonomi antar-Korea yang terhenti akibat sanksi-sanksi AS terhadap Korea Utara.
Selama KTT pertama Trump dengan Kim pada Juni 2018, mereka berjanji untuk meningkatkan hubungan bilateral dan bertekad untuk adanya Semenanjung Korea yang bebas nuklir, tanpa menjelaskan kapan dan bagaimana hal itu akan terjadi.
Tetapi negosiasi tersendat setelah pertemuan kedua mereka pada Februari 2019 ketika AS menolak tuntutan Korea Utara untuk keringanan sanksi dengan imbalan penutupan reaktor nuklir, yang akan berarti penyerahan sebagian dari kemampuan nuklirnya.
Moon mengatakan bahwa kesepakatan Trump dan Kim dalam pertemuan pertama mereka masih relevan. Menurutnya, pemerintahan Biden harus mengambil pelajaran dari kegagalan pertemuan kedua mereka.