Pengkritik Kremlin, Alexei Navalny, berencana untuk terbang kembali ke negara asalnya, Rusia, pada Minggu (17/1) mendatang, meski berisiko dipenjara. Ini akan menjadi momen kepulangan pertama Navalny setelah diterbangkan ke Jerman untuk menjalani perawatan medis usai diracun pada Agustus lalu.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (14/1/2021), keputusan untuk pulang ke Rusia ini diumumkan Navalny pada Rabu (13/1) waktu setempat. Hal ini dinilai mengisyaratkan niat Navalny untuk melanjutkan perjuangan politik melawan Presiden Vladimir Putin.
Di sisi lain, kepulangan Navalny akan memicu dilema bagi otoritas Rusia soal bagaimana menangani salah satu pengkritik Putin yang paling menonjol ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Desember lalu, Dinas Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir untuk Navalny yang isinya menyerukan Navalny untuk kembali pulang ke Rusia paling lambat 29 Desember waktu setempat dan melapor ke kantor FSIN di Moskow, atau dipenjara jika kembali setelah batas waktu itu.
Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.
Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.
"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam kotak perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.
"Pelayannya (Putin-red) bertindak seperti biasa dengan mengarang kasus pidana baru terhadap saya. Tapi saya tidak tertarik dengan apa yang mereka lakukan di sana," sebutnya.
"Rusia adalah negara saya, Moskow adalah kota saya, dan saya merindukannya," tegas Navalny yang berusia 44 tahun ini.
Navalny yang menyatakan kesehatannya hampir pulih sepenuhnya ini, menuduh Putin memerintahkan agen-agen Rusia untuk meracuni dirinya dengan agen saraf mematikan, Novichok. Dalam tanggapannya, Putin menyangkal otoritas Rusia berupaya meracuni Navalny dan menyatakan bahwa agen-agen Rusia akan menyelesaikan tugasnya jika memang mereka ingin Navalny tewas.
Kremlin sendiri menyatakan tidak melihat bukti bahwa Navalny diracun dan menegaskan dia bebas pulang kapan saja ke Rusia.
Sementara itu, para pendukung Navalny mendorongnya tetap tinggal di luar negeri demi keselamatannya. Namun tinggal di Jerman memiliki risiko politik untuk Navalny. Diketahui bahwa dia berjuang di masa lalu untuk menjaga pengaruhnya dari luar Rusia, saat digelar pemilu parlemen pada September lalu.
Video-video Navalny yang menuduh pemerintah Rusia melakukan korupsi ditonton secara luas, namun jajak pendapat menunjukkan Putin jauh lebih populer di mata publik Rusia. Polling terbaru oleh lembaga survei swasta menunjukkan separuh warga Rusia meyakini Navalny tidak diracun atau diracunnya dia telah diatur oleh intelijen Barat.