Penyerbuan Capitol, Amerika Serikat oleh para pendukung Donald Trump memicu petaka. Kerusuhan yang diakibatkan oleh pendukung keras Trump ini memakan korban jiwa.
Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan Robert J Contee melaporkan bahwa empat orang tewas di halaman gedung Capitol Amerika Serikat dan 52 orang telah ditangkap. Aksi ini merupakan penolakan atas kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS.
Dilansir Channel News Asia, Kamis (7/1/2021) dalam konferensi pers larut malam, Contee menolak untuk mengidentifikasi wanita yang tewas ditembak petugas Kepolisian Capitol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita itu ditembak ketika massa mencoba menerobos pintu yang dibarikade di Capitol di mana polisi bersenjata berada di sisi lain. Dia dirawat di rumah sakit dengan luka tembak dan kemudian meninggal.
Tiga orang lainnya meninggal pada Rabu karena keadaan darurat medis.
"Seorang wanita dewasa dan dua pria dewasa tampaknya menderita keadaan darurat medis terpisah yang mengakibatkan kematian mereka," katanya, Rabu (6/1).
"Setiap kehilangan nyawa di Distrik itu tragis dan pikiran kami bersama siapa pun yang terkena dampak kehilangan mereka," lanjutnya.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya >>>
Contee mengatakan bahwa 47 dari 52 penangkapan sejauh ini terkait dengan pelanggaran jam malam pukul 6 sore yang ditetapkan Walikota Distrik Columbia Muriel Bowser, dengan 26 di antaranya melibatkan orang-orang yang ditangkap dengan alasan aksi di Capitol AS.
Beberapa orang lainnya ditangkap dengan tuduhan terkait membawa senjata api tanpa izin.
Selain itu, kata Contee, dua bom pipa ditemukan dari markas besar komite nasional Partai Republik dan Demokrat. Ada pula pendingin dari kendaraan di halaman Capitol AS yang berisi bom molotov.
Polisi mengatakan baik penegak hukum dan pendukung Trump mengerahkan bahan kimia yang menyebabkan iritasi selama berjam-jam pendudukan gedung Capitol, sebelum dibersihkan oleh aparat penegak hukum pada Rabu (6/1) malam.