Otoritas Iran mengeksekusi mati Ruhollah Zam, mantan tokoh oposisi yang tinggal di pengasingan di Prancis dan terlibat dalam protes anti-pemerintah.
Televisi pemerintah Iran melaporkan seperti dilansir AFP, Sabtu (12/12/2020) bahwa Zam dihukum gantung pada Sabtu (12/12) pagi waktu setempat setelah Mahkamah Agung menguatkan hukuman matinya karena "beratnya kejahatan" yang dilakukan terhadap republik Islam itu.
Garda Revolusi Iran mengumumkan penangkapan Zam pada Oktober tahun lalu, mengklaim bahwa dia "diarahkan oleh dinas intelijen Prancis."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Televisi pemerintah mengatakan Zam berada "di bawah perlindungan badan intelijen beberapa negara."
Zam didakwa dengan "korupsi di bumi" - salah satu pelanggaran paling serius di bawah hukum Iran - dan dijatuhi hukuman mati pada bulan Juni lalu.
Kantor berita resmi IRNA mengatakan dia juga dihukum karena spionase untuk Prancis dan negara yang tidak disebutkan namanya di kawasan itu, bekerja sama dengan "pemerintah Amerika yang bermusuhan", bertindak melawan "keamanan negara," menghina "kesucian Islam" dan memicu kekerasan selama aksi protes 2017.
Sedikitnya 25 orang tewas dalam kerusuhan pada Desember 2017 dan Januari 2018 yang dipicu oleh kesulitan ekonomi.
Zam, yang dilaporkan tinggal di Paris, Prancis mengelola saluran di aplikasi pesan Telegram bernama Amadnews.
Telegram menutup saluran tersebut setelah Iran memintanya menghapus akun tersebut karena menghasut "pemberontakan bersenjata".
Simak video 'Iran Tuding Israel Bunuh Ilmuan Nuklirnya dari Jarak Jauh':