Profesor China Akui Bersalah Bohong ke FBI dalam Kasus Terkait Huawei

Profesor China Akui Bersalah Bohong ke FBI dalam Kasus Terkait Huawei

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 05 Des 2020 12:39 WIB
Jarrett Smith, 24, an army private assigned to Fort Riley, Kansas, allegedly discussed plans to attack a major TV news network using a car bomb and target members of the leftist group Antifa (AFP Photo/MARK WILSON)
Ilustrasi (dok. AFP Photo/MARK WILSON)
Washington DC -

Seorang profesor China yang dituduh membantu pencurian teknologi Amerika Serikat (AS) untuk menguntungkan raksasa teknologi Huawei Technologies Co Ltd, mengaku bersalah telah berbohong kepada Biro Investigasi Federal (FBI).

Namun demikian, seperti dilansir Reuters, Sabtu (5/12/2020), profesor China bernama Bo Mao ini akan diizinkan pulang ke China setelah jaksa AS memutuskan untuk tidak menjeratkan dakwaan yang lebih serius.

Jaksa AS diketahui menjeratkan dakwaan berkonspirasi untuk menipu CNEX Labs di Silicon Valley terhadap Mao. Dia terancam hukuman maksimum 20 tahun penjara atas dakwaan tersebut. Mao yang berusia 37 tahun ini ditangkap pada Agustus 2019 saat dia tengah menjadi profesor tamu di Universitas Texas, AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam persidangan, Mao mengaku bersalah atas dakwaan yang lebih ringan, yakni memberikan pernyataan palsu dalam keterangan video di depan hakim distrik AS, Pamela Chen, di Brooklyn.

Dia diperkirakan akan dijatuhi vonis time served -- masa tahanan yang dihitung sejak dia ditangkap hingga dia dinyatakan bersalah dalam persidangan. Atau dengan kata lain, tidak ada hukuman tambahan yang harus dijalani Bao karena dia telah dipenjara sejak ditangkap dan selama sidang berproses.

ADVERTISEMENT

Bao diketahui menjalani tahanan selama enam hari setelah dia ditangkap. Dia diperkirakan akan diperbolehkan meninggalkan AS pada 16 Desember mendatang.

Dalam kasus ini, Mao awalnya dituduh menandatangani perjanjian dengan sebuah perusahaan yang tidak disebutkan untuk menggunakan papan sirkuit bagi penelitian dan berbagi informasi kepemilikan dengan sebuah perusahaan China. Dari deskripsi yang diberikan dalam sidang, perusahaan pertama merujuk pada CNEX Labs dan perusahaan kedua merujuk pada Huawei.

Saat memberikan pembelaannya, Mao mengakui -- melalui penerjemah bahasa Mandarin -- bahwa dia menyatakan tidak mengenal siapapun di sebuah universitas di Texas yang memiliki sirkuit itu, saat ditanyai agen FBI. Padahal sebenarnya dia sedang berupaya mencari akses ke seseorang di universitas tersebut saat dia memberikan pernyataan palsu.

Jaksa Sarah Evans menuturkan kepada hakim bahwa kebohongan Mao 'menyembunyikan sejauh mana' dia mengakses teknologi atas nama perusahaan yang tidak diidentifikasi, namun diyakini sebagai Huawei.

Penangkapan Mao terjadi saat Departemen Kehakiman AS tengah menindak tegas pengaruh-pengaruh China di berbagai universitas di AS, terkait dugaan spionase dan pencurian kekayaan intelektual oleh pemerintah China.

Halaman 2 dari 2
(nvc/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads