Pengadilan China menjatuhkan hukuman empat tahun penjara terhadap seorang profesor asal Taiwan. Sang profesor dinyatakan bersalah atas dakwaan spionase.
Seperti dilansir AFP, Rabu (25/11/2020), vonis tersebut dijatuhkan pengadilan China sekitar sebulan setelah sang profesor Taiwan menyampaikan 'pengakuan' di media nasional. Kasus ini semakin menambah ketegangan antara China dan Taiwan.
Kantor Urusan Taiwan di Beijing dalam konferensi pers mengumumkan bahwa profesor Taiwan bernama Shih Cheng-ping ini dinyatakan bersalah oleh pengadilan China pada Selasa (24/11) waktu setempat. Shih diketahui merupakan mantan kepala pakar ekonomi untuk konglomerat China, Huaxia Group.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia dilaporkan menghilang setelah bepergian ke China daratan pada Agustus 2018, sebelum diumumkan bahwa dia ditahan. Shih menjadi salah dari beberapa warga Taiwan yang ditampilkan dalam program televisi nasional China, CCTV, pada Oktober lalu, saat mereka menyampaikan pengakuan atas dakwaan spionase.
CCTV sering menyiarkan wawancara dengan para tersangka yang mengakui tindak kejahatan, bahkan sebelum mereka disidang -- sebuah praktik yang sejak lama dikecam para pengacara dan organisasi HAM sebagai pengakuan paksa di bawah tekanan.
Dalam wawancara dengan CCTV saat itu, Shih mengakui dirinya telah meneruskan informasi dari sebuah lembaga diskusi think-tank China daratan kepada otoritas Taiwan dengan imbalan uang, dan dia berharap tindakannya akan menjadi 'peringatan' bagi orang lain di Taiwan.
Pada Sabtu (25/11) waktu setempat, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di China, Zhu Fenglian, menyatakan bahwa pengadilan di Provinsi Anhui telah menjatuhkan vonis empat tahun penjara terhadap Shih. Vonis ini dijatuhkan setahun setelah China mengumumkan pihaknya menyelidiki Shih atas alasan keamanan nasional.
Ditegaskan Zhu bahwa China telah 'sepenuhnya melindungi' hak-hak Shih selama persidangan kasus ini.
Taiwan memiliki pemerintahan sendiri sebagai negara merdeka secara de factor selama tujuh dekade terakhir, namun China masih melihat Taiwan sebagai bagian wilayahnya, yang bisa diklaim kembali secara paksa jika diperlukannya.
Ketegangan antara China dan Taiwan semakin memuncak dalam beberapa bulan terakhir. Jet-jet tempur dan pesawat pengebom China semakin sering memasuki Zona Pertahanan Udara Taiwan dalam beberapa bulan terakhir, dan penjualan senjata Amerika Serikat (AS) ke Taiwan telah membuat marah China.
Setidaknya masih ada dua warga Taiwan lainnya yang ditahan atas alasan keamanan nasional di China, termasuk akademisi Tsai Chin-Shu dan aktivis demokrasi Lee Meng-Chu.