Sejumlah roket ditembakkan ke Baghdad, ibu kota Irak dan menewaskan seorang warga sipil dan melukai beberapa warga lainnya.
Rentetan serangan roket pada Selasa (17/11) malam waktu setempat ini, terjadi ketika pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pengurangan jumlah pasukannya di Irak dan Afghanistan.
Menurut militer Irak seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (18/11/2020), empat roket mendarat di Zona Hijau dengan keamanan tinggi, tempat beradanya kedutaan Amerika Serikat dan misi luar negeri lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga roket lainnya menghantam bagian lain di Baghdad, menewaskan seorang gadis dan melukai lima warga sipil.
Menurut militer Irak, ketujuh roket itu diluncurkan dari lokasi yang sama di Baghdad timur.
Wartawan AFP mendengar beberapa ledakan besar, diikuti dengan suara tembakan cepat dan suar merah menerangi langit, menunjukkan bahwa sistem pertahanan roket C-RAM milik kedutaan AS telah dikerahkan.
Seorang juru bicara koalisi pimpinan AS mengatakan intelijen Irak telah mengkonfirmasi serangan roket ke kedutaan AS, tetapi menolak berkomentar tentang penggunaan C-RAM.
Sejak Oktober 2019, hampir 90 serangan roket mematikan dan bom pinggir jalan telah menargetkan kedutaan-kedutaan asing, pasukan, dan instalasi lain di seluruh Irak.
Serangan tersebut diklaim oleh kelompok-kelompok yang digambarkan oleh pejabat AS dan Irak sebagai "tabir asap" untuk faksi-faksi garis keras yang berpihak pada Iran di Irak.
AS secara eksplisit menyebut Kataeb Hezbollah sebagai dalang di balik beberapa kekerasan dan telah dua kali mengebom kelompok itu.
Serangan-serangan itu membuat marah Washington, yang telah menekan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap para pelakunya.
Bulan lalu, AS mengeluarkan ultimatum kepada pemerintahan Kadhemi, mengancam akan menutup kompleks diplomatiknya di Baghdad jika serangan-serangan roket tidak berhenti.