Para pendukung sistem monarki di Thailand akhirnya turun gunung. Mereka tampak berbaur dengan warga di jalan pada Minggu (2/11/2020) untuk mendukung raja dan ratunya.
Dilansir Associated Press (AP), Senin (2/11/2020) kerumunan pendukung kerajaan menunggu berjam-jam di luar tembok putih kompleks istana untuk menyambut mereka, membawa potret Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida dan mengibarkan bendera nasional. Hampir semuanya mengenakan kaos kuning, menandakan kesetiaan pada monarki.
"Saya datang ke sini hari ini dengan membawa hati saya," kata pengusaha wanita berusia 44 tahun dan konsultan astrologi Pakawarin Damrongrotthawee.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lahir sebagai orang Thailand, kita harus berterima kasih kepada monarki. Jika ada yang ingin memprotes pemerintah, mereka bisa melakukannya. Tapi mereka tidak boleh menyentuh monarki," ujarnya.
Saat pasangan kerajaan itu muncul sembari tersenyum, para pendukungnya meneriakkan "Hidup Raja!" dan mencium kaki raja saat pasangan itu lewat, beberapa menyekanya dengan handuk. Sejumlah penonton mengulurkan tangan untuk menyentuh tangannya, dan memberikan mawar kuning kepada pasangan itu saat mereka lewat. Anggota keluarga kerajaan lainnya mengikuti di belakang mereka.
Momen ini adalah yang terbaru dari beberapa peristiwa serupa yang telah terjadi di beberapa kota di Thailand.
"Ini pertama kalinya saya datang untuk menyambut raja," kata Siraseth Limpisuree (55).
"Saya ingin menyemangati dia karena sekelompok orang Thailand memiliki sikap yang salah terhadap monarki. Saya ingin mereka memahami bahwa monarki adalah bagian dari masyarakat Thailand dan Thailand tidak akan pernah bisa bertahan tanpa monarki. Kita seharusnya tidak melibatkan monarki dalam kekacauan politik. Pemerintah dapat diubah, tetapi monarki tidak boleh direformasi karena mereka (para pengunjuk rasa) menuntut," tuturnya.
Sebelumnya, para pengunjuk rasa yang dipimpin mahasiswa mengatakan bahwa istana menjalankan kekuasaan dan pengaruh yang tidak semestinya untuk monarki konstitusional, dan berusaha membuatnya lebih akuntabel di bawah hukum. Mereka menyangkal ingin melihat institusi kerajaan dihapuskan.
Aksi-aksi protes di Thailand dimulai pada Juli dan awalnya menuntut perubahan politik - termasuk pemilihan umum baru dan konstitusi yang lebih demokratis - tetapi tuntutan paralel untuk reformasi monarki telah menjadi pusat perhatian.
Jerman Ingatkan Raja Thailand
Otoritas Jerman menyatakan pihaknya terus menyelidiki perilaku Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, yang kerap menghabiskan waktu di Bavaria. Jerman mengingatkan akan ada konsekuensi jika terpantau ada pelanggaran hukum.
Seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Selasa (27/10/2020), demonstran pro-demokrasi Thailand mengajukan surat petisi kepada Kedutaan Besar Jerman di Thailand untuk meminta pemerintah Jerman menyelidiki apakah Raja Vajiralongkorn 'pernah melakukan politik Thailand dengan menggunakan hak prerogatif kerajaannya dari wilayah Jerman atau tidak'.
Disebutkan surat itu bahwa tindakan tersebut itu bisa dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan wilayah Jerman. Surat itu menyarankan agar pemerintah Jerman mempertimbangkan permintaan demonstran Thailand yang bermaksud memulangkan sang Raja untuk memulihkan negara 'ke jalur monarki konstitusional yang sebenarnya'.
Dalam komentar terbaru di Berlin pada Senin (26/10) waktu setempat, Menteri Luar Negeri (Menlu) Heiko Maas menegaskan pemerintah Jerman mengikuti perkembangan situasi di Thailand dan mengetahui unjuk rasa sedang berlangsung dengan menyebut 'rakyat turun ke jalan untuk memperjuangkan hak mereka'.
Menlu Maas menambahkan bahwa pihaknya juga mengawasi aktivitas Raja Thailand selama berada di Jerman. "Kami telah memeriksa ini tidak hanya dalam beberapa pekan terakhir, tapi kami terus memeriksanya dalam jangka panjang," ungkapnya.
"Jika ada hal-hal yang kami rasa melanggar hukum, maka itu akan memiliki konsekuensi langsung," tegas Menlu Maas dalam pernyataannya.