Kontroversi Cuitan Mahathir Dihapus Twitter Usai Banyak Kecaman

Round-Up

Kontroversi Cuitan Mahathir Dihapus Twitter Usai Banyak Kecaman

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 30 Okt 2020 22:03 WIB
Malaysias interim Prime Minister Mahathir Mohamad smiles during a press conference after unveiling an economic stimulus plan aimed at combating the impact of the COVID-19 novel coronavirus at the Prime Ministers Office in Putrajaya on February 27, 2020. (Photo by Mohd RASFAN / AFP)
Foto: Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad (Mohd RASFAN/AFP)
Jakarta -

Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad menuai kontroversi usai mencuit soal hak "untuk membunuh jutaan orang Prancis". Sejumlah pihak pun mengecam cuitan Mahathir itu.

Cuitan Mahathir ini disampaikan Mahathir setelah seorang pria bersenjata pisau melancarkan serangan mematikan di kota Nice, Prancis.

Tiga orang tewas dalam serangan di sebuah gereja di kota Nice, Prancis selatan pada Kamis (29/10) pagi waktu setempat. Seperti diberitakan AFP, Kamis (29/10/2020), tak lama setelah peristiwa itu, Mahathir memposting pernyataan di Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Merujuk pada pemenggalan kepala seorang guru Prancis yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, Mahathir mengatakan dia tidak menyetujui serangan itu, tetapi kebebasan berekspresi tidak termasuk "menghina orang lain".

"Terlepas dari agama yang dianut, orang-orang yang marah membunuh," tulis pria berusia 95 tahun itu.

"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu," kata Mahathir seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (29/10/2020).

Tapi dia menambahkan bahwa "pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis juga tidak seharusnya."

Cuitan Dihapus Twitter

Dilansir AFP, Jumat (30/10) Twitter awalnya tidak menghapus komentar tersebut, tetapi akhirnya melakukannya usai mendapat reaksi marah dari pemerintah Prancis.

Cedric O, Menteri Junior Prancis untuk urusan digital, mengatakan dalam sebuah cuitan dalam bahasa Prancis dan Inggris: "Saya baru saja berbicara dengan MD (direktur pelaksana) @TwitterFrance.

"Akun @chedetofficial harus segera ditangguhkan. Jika tidak, @twitter akan menjadi kaki tangan seruan formal untuk pembunuhan," katanya saat meminta akun Mahathir itu ditangguhkan.

Twitter awalnya menandai tweet Mahathir tentang membunuh "jutaan orang Prancis" sebagai "mengglorifikasi (mengagungkan) kekerasan" tetapi tidak menghapusnya.

Namun, tak lama kemudian, cuitan tersebut dihapus seluruhnya, dan Twitter mengatakan kepada AFP bahwa hal itu karena komentar tersebut "melanggar kebijakan tentang pemujaan kekerasan."

Najib Membela

Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak membela Mahathir. Dia mengatakan setiap orang harus membaca pernyataan Mahathir secara lengkap.

Seperti dilansir media The Star, Jumat (30/10/2020), Najib yakin Mahathir tak bermaksud menyinggung.

"Dunia harus tenang dan membaca pernyataan @chedetofficial (akun Twitter Mahathir-red) dalam konteks lengkapnya. Saya yakin dia tidak bermaksud seperti yang dia katakan," ujar Najib.

"Dan bahkan jika pun demikian, itu adalah opini pribadinya, bukan Malaysia," tulis Najib dalam cuitan di Twitter pada Jumat (30/10).

Namun, Najib setuju bahwa akun media sosial Mahathir harus ditangguhkan agar tak menimbulkan "lebih banyak kerusakan"

Ramai-ramai Mengecam Mahathir

Seorang pejabat Malaysia mengomentari cuitan kontroversial Mahathir itu. Menurut pejabat tinggi Sarawak ini, cuitan kontroversial itu menunjukkan karakter sebenarnya dari Mahathir.

Seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Jumat (30/10/2020), Wakil Kepala Menteri Sarawak, Dr James Jemut Masing, dalam komentarnya menyebut pernyataan Mahathir itu mencerminkan karakter asli sang mantan PM. Dia menegaskan bahwa aturan hukum harus dihormati.

"Hukum negara-negara yang beradab adalah bahwa tidak ada seorang pun yang boleh main hakim sendiri, apalagi mengambil nyawa seseorang karena orang itu kebetulan tidak setuju dengan keyakinan atau pendiriannya soal isu tertentu," ujar James dalam komentarnya.

"Itulah mengapa kita memiliki undang-undang dan sistem peradilan untuk memastikan bahwa kita tidak kembali ke hukum rimba," ucapnya.

Ditegaskan oleh James bahwa pernyataan kontroversial Mahathir itu tidak mencerminkan sikap seluruh warga Malaysia.

"Komentar Mahathir tentang pembunuhan non-Muslim di Prancis adalah cerminan dari siapa dia sebagai pribadi," cetusnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan tokoh-tokoh terkemuka Australia lainnya juga mengecam cuitan tersebut.

"Saya tahu bahwa dia tidak dan tidak akan mendukung kekerasan yang sebenarnya. Tapi dalam iklim saat ini, kata-kata bisa memiliki konsekuensi," kata Komisaris Tinggi Australia untuk Malaysia Andrew Goledzinowski seperti dilansir The Star, Jumat (30/10/2020).

Goledzinowski mengatakan dalam sebuah retweet di akunnya yang mengutip cuitan Mahathir yang sekarang sudah dihapus, bahwa dia "sangat terganggu" dengan pernyataan itu.

Pada Kamis (29/10), PM Scott Morrison juga mengecam pernyataan Mahathir, dengan mengatakan itu "tidak masuk akal dan menjijikkan."

"Satu-satunya hal yang harus dikatakan hari ini adalah mengutuk sepenuhnya serangan itu. Satu-satunya tanggapan adalah benar-benar hancur," katanya.

Morrison menambahkan bahwa cuitan Mahathir "harus dikutuk dengan sebisa mungkin."

Sementara itu, mantan duta besar Australia untuk Prancis, Brendan Berne menyebut Mahathir sebagai "fanatik tanpa prinsip", menurut Sydney Morning Herald.

Penjelasan Mahathir

Seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Jumat (30/10/2020), Mahathir menyatakan bahwa sebelum dihapus, seharusnya dirinya diberi kesempatan untuk menjelaskan postingan blog-nya, yang juga diposting di akun Twitter dan Facebook miliknya itu.

"Saya merasa muak dengan upaya-upaya untuk salah memahami dan mengambil keluar konteks dari apa yang saya tulis dalam blog saya," ucap Mahathir dalam pernyataan terbarunya.

Mahathir menyebut para pengkritiknya gagal untuk membaca postingan-nya secara penuh. Kebanyakan, sebut Mahathir, hanya fokus pada satu paragraf yang menyinggung soal 'hak membunuh jutaan orang Prancis' yang cuitannya diberi label 'mengagungkan kekerasan' dan akhirnya dihapus oleh Twitter.

"Mereka berhenti di sana dan menyiratkan bahwa saya sedang mempromosikan pembantaian warga Prancis," ujarnya.

Menurut Mahathir, para pengkritik seharusnya juga menaruh perhatian pada kalimat yang dituliskan setelah paragraf yang menjadi kontroversi itu. Kalimat yang dimaksudnya berbunyi: "Tapi pada umumnya, Muslim tidak menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis juga seharusnya tidak. Sebaliknya, Prancis seharusnya mengajari rakyat mereka untuk menghormati perasaan orang lain."

"Karena presentasi yang diputarbalikkan dan keluar dari konteks oleh orang-orang yang mencomot postingan saya, saya dilaporkan dan saya dituduh mempromosikan kekerasan dan sebagainya... di Facebook dan Twitter," tutur Mahathir.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads