Penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad yang kontroversial oleh majalah satire Prancis, Charlie Hebdo berbuntut panjang. Usai diancam Al-Qaeda, kini majalah itu diprotes warga di Istanbul.
Penerbitan karikatur Nabi yang dilarang dalam Islam ini merupakan penanda dimulainya sidang atas aksi penyerangan lima tahun silam. Sedikitnya 12 orang, termasuk para kartunis ternama Prancis, tewas dalam serangan pada 7 Januari 2015. Saat itu, kakak-beradik Said dan Cherif Kouachi melakukan penembakan brutal di kantor Charlie Hebdo di Paris setelah majalah mingguan itu menerbitkan karikatur Nabi Muhammad yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persidangan terhadap 14 terdakwa yang merupakan kaki tangan dari pelaku penembakan, mulai diadili pada 2 September lalu. Persidangan kasus ini akan berlanjut hingga November mendatang. Pelaku langsung dari penembakan itu, termasuk kakak-beradik Kouachi, tewas dalam baku tembak dengan polisi saat itu.
Penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad memicu kecaman dari banyak negara, terutama Pakistan, Turki dan Iran. Namun Direktur Charlie Hebdo, Laurent Sourisseau, yang kini tinggal di bawah perlindungan ketat, menegaskan pihaknya harus menerbitkan ulang karikatur-karikatur itu.
"Jika kami melepaskan hak untuk menerbitkan karikatur ini, itu berarti kami salah (sejak awal)," ucap Sourisseau, yang mengalami luka parah di baku akibat penembakan tahun 2015.
Al-Qaeda pun melontarkan ancaman baru terhadap majalah satire asal Prancis itu. Al-Qaeda mengancam akan mengulang pembantaian terhadap staf Charlie Hebdo seperti yang terjadi di Prancis tahun 2015.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/9/2020), ancaman yang dilontarkan Al-Qaeda itu dilaporkan oleh kelompok pemantau militan, SITE Observatory. Al-Qaeda dalam publikasinya yang bernama 'One Ummah' memperingatkan bahwa Charlie Hebdo keliru jika mempercayai serangan tahun 2015 merupakan peristiwa 'satu kali'.
Ancaman itu disampaikan Al-Qaeda pada publikasinya edisi berbahasa Inggris, yang dimaksudkan untuk menandai peringatan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS) yang didalangi jaringan teror ini.
Lihat juga video 'Lomba Karikatur Nabi Muhammad Lukai Warga Muslim Dunia':
Disebutkan juga dalam publikasi itu bahwa Al-Qaeda memiliki 'pesan yang sama' untuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron, seperti untuk pendahulunya Francois Hollande saat menjabat Presiden Prancis saat serangan terjadi tahun 2015. Al-Qaeda menyatakan bahwa Prancis di bawah Macron telah 'memberikan lampu hijau' untuk penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad.
Sementara itu, sekitar 200 orang di Istanbul, Turki berdemonstrasi pada Minggu (13/9/2020) waktu setempat untuk mengecam apa yang dilakukan oleh Charlie Hebdo. Mereka juga mengecam Macron.
Dilansir AFP, Senin (14/9/2020) beberapa pengunjuk rasa di Beyazit Square di sisi Eropa Istanbul memegang plakat yang berisi peringatan terhadap Charlie Hebdo dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan tulisan "akan membayar mahal", dan Macron membela "kebebasan menghujat" majalah itu.
Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keputusan untuk menerbitkan ulang kartun itu. "Tidak menghormati agama kami dan nabi kami," ujar Kemenlu Turki.
Nureddin Sirin, Pemimpin Redaksi TV Kudus (berarti "Yerusalem"), memperingatkan "Macron akan membayar harga yang sangat mahal untuk kesombongannya di Mediterania timur dan dukungannya pada penghinaan terhadap Islam dengan menggunakan kebebasan pers sebagai alasan".
Dia merujuk pada ketegangan antara Ankara dan Paris terkait eksplorasi gas Turki di Mediterania timur.
Yunani dan Turki terlibat dalam pertikaian sengit atas sumber daya energi dan perbatasan maritim, dan Prancis mendukung Athena, bahkan mengerahkan kapal ke wilayah tersebut untuk mendukungnya.