Kondisi politikus oposisi Rusia, Alexei Navalny, semakin membaik dalam masa pemulihan di Rumah Sakit (RS) Charite di Berlin, Jerman. Navalny dilaporkan telah bisa berbicara kembali dan pengamanan polisi yang menjaganya di rumah sakit pun ditingkatkan.
Navalny (44) yang dijuluki pengkritik Kremlin ini menjalani perawatan medis di RS Charite, Berlin, setelah tiba-tiba jatuh sakit dalam penerbangan domestik di Siberia, Rusia, bulan lalu. Dia sempat menjalani perawatan di rumah sakit lokal sebelum diterbangkan ke Berlin untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Pemerintah Jerman telah mengungkapkan bahwa Navalny diduga diracun dengan agen saraf Novichok. Jerman bahkan menyebut Navalny sebagai korban upaya pembunuhan dan menuntut penjelasan dari pemerintah Rusia. Dalam tanggapannya, Rusia menyatakan pihaknya belum melihat bukti bahwa Navalny diracun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir Reuters, Kamis (10/9/2020), laporan majalah terkemuka Jerman, Der Spiegel, menyebut perlindungan Kepolisian Jerman terhadap Navalny telah ditingkatkan dengan perkiraan bahwa dia akan menerima lebih banyak tamu yang menjenguknya saat kondisinya semakin membaik.
"Der Spiegel dan Bellingcat memahami bahwa Navalny bisa berbicara lagi dan kemungkinan dapat mengingat detail soal ambruknya dirinya," sebut Der Spiegel dalam laporannya, sembari menyebut situs investigatif yang menjadi mitranya.
"Pernyataannya (Navalny-red) bisa berbahaya bagi orang-orang di balik serangan itu," cetus Der Spiegel.
Belum ada komentar dari pihak RS Charite yang merawat Navalny soal laporan Der Spiegel tersebut.
Awal pekan ini, pihak RS Charite mengumumkan bahwa Navalny telah keluar dari kondisi koma secara medis dan telah mampu merespons rangsangan verbal berupa pidato. Disebutkan pihak RS Charite pada saat itu bahwa kondisi Navalny membaik.
Kasus Navalny ini memicu ketegangan baru antara Rusia dengan negara-negara Barat, dengan sejumlah pemerintah negara Barat meyakini Navalny diracun oleh agen dinas keamanan Rusia dengan mendapat dukungan level tinggi di Rusia.
Pada Rabu (9/9) waktu setempat, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, menyebut ada 'kemungkinan besar' bahwa diracunnya Navalny diperintahkan oleh pejabat senior Rusia. Pompeo tidak menyebut lebih lanjut siapa yang dia maksud.