Moskow menyatakan bahwa sebuah "kampanye disinformasi" atas dugaan keracunan tokoh oposisi Alexei Navalny sengaja dipakai. Kampanye ini digunakan untuk mempromosikan sanksi baru terhadap Rusia.
Dilansir AFP, Rabu (9/9/2020), Moskow merilis pernyataan tersebut usai Menteri Luar Negeri Kelompok Tujuh (G7) pada Selasa (8/9) menuntut agar Rusia segera menemukan dan menuntut mereka yang berada di balik dugaan upaya meracuni Navalny, yang menurut Jerman dilakukan dengan agen saraf Novichok.
"Kampanye disinformasi besar-besaran yang sedang berlangsung bertujuan untuk memobilisasi sentimen sanksi dan tidak ada hubungannya dengan kesehatan Navalny atau mencari tahu alasan sebenarnya dirawat di rumah sakit," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya menanggapi G7, Kemenlu Rusia juga menegaskan kembali tuduhan bahwa Jerman, tempat Navalny dievakuasi, telah menolak untuk membagikan temuannya tentang kasus tersebut dengan Moskow.
"Serangan tak berdasar terhadap Rusia terus berlanjut," kata kementerian itu.
Para diplomat top dari negara-negara G7 mengatakan bahwa Jerman memberi tahu mereka dengan konfirmasi bahwa kritikus utama Presiden Vladimir Putin itu telah diracuni.
Pernyataan itu dirilis oleh Amerika Serikat dan termasuk Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Negara G7 lainnya adalah Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang. Rusia diusir dari Kelompok Delapan saat itu karena pengambilalihan Krimea tahun 2014 dari Ukraina.
Sebelumnya, Navalny diketahui tiba-tiba sakit parah bulan lalu saat dia terbang di Siberia.
Rumah sakit Berlin di Jerman yang merawatnya, mengatakan bahwa dia telah bangun dari koma yang diinduksi secara medis.