Ancaman sanksi internasional tidak akan menghalangi Turki untuk melakukan penelitian energi di perairan Mediterania timur yang disengketakan, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan, Sabtu.
Dilansir dari AFP, Minggu (16/8/2020), pencarian minyak dan gas di perairan kaya energi yang diperebutkan tidak jauh dari Siprus telah mempertemukan Turki dengan sekutu NATO-nya yang gelisah, Yunani dan seluruh blok UE.
Keputusan Turki untuk mengirim kapal ilmiah disertai dengan armada angkatan laut kecil ke wilayah yang bergejolak pada hari Senin mendorong Yunani untuk mengirimkan aset militernya sendiri untuk mengamati apa yang sedang terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prancis pada Kamis juga mengumumkan akan "memperkuat sementara" kehadirannya di Mediterania timur untuk mendukung Yunani.
Tapi pada hari Sabtu Erdogan bersikukuh.
"Mengenai pertanyaan ini, negara kami sepenuhnya berhak dan kami akan terus mempertahankan hak kami, dengan menggunakan semua cara yang kami miliki," janji kepala negara Turki dalam komentar yang disiarkan televisi.
"Kami tidak akan mundur dalam menghadapi sanksi dan ancaman," tegasnya.
Tonton video 'Drone Turki Tewaskan 2 Komandan Perbatasan Irak':
Turki berpendapat bahwa Yunani menggunakan kontrolnya atas beberapa pulau kecil di lepas pantai Turki untuk mengklaim bagian Laut Mediterania yang sangat besar.
Ia juga mengutip contoh perjanjian internasional masa lalu yang memberi kekuatan pesisir hak atas perairan meskipun ada pulau negara lain di dekat pantainya.
Perselisihan diplomatik membuat Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias mencari dukungan Washington pada pertemuan di Wina dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo minggu ini.
Namun baik Washington dan Brussel ingin menghindari konfrontasi langsung dengan Erdogan.
Seorang pejabat Eropa mengatakan kepada AFP bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan Erdogan pada Juli bahwa Turki akan menghadapi sanksi UE jika mengebor di perairan Siprus atau di lepas pulau Yunani Kastellorizo.
Pada hari Kamis, kepala Uni Eropa Charles Michel menggarisbawahi solidaritas Uni Eropa dengan negara-negara anggota Yunani dan Siprus dan mendesak Erdogan untuk "mengurangi ketegangan dan menghindari provokasi".
Erdogan mengatakan negaranya siap untuk berdialog, tetapi sekali lagi menyerang Yunani pada hari Sabtu, menuduh Athena memperlakukan minoritas Muslim dan berbahasa Turki di wilayahnya.
Otoritas Yunani "harus, tanpa penundaan, mengakhiri tindakan yang menyerupai terorisme negara. Ada serangan terhadap masjid dan sekolah kami", kata presiden Turki, tanpa memberikan rincian apapun.