Trump Kembali Sebut Ledakan Lebanon Mungkin Disengaja, Peringatan Tak Digubris

International Updates

Trump Kembali Sebut Ledakan Lebanon Mungkin Disengaja, Peringatan Tak Digubris

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 06 Agu 2020 18:01 WIB
Upaya pencarian dan penyelamatan (SAR) masih terus dilakukan oleh petugas darurat setempat. Korban tewas saat ini melebihi 100 orang.
ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon menewaskan setidaknya 135 orang (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Otoritas China meningkatkan kapasitas pemeriksaan virus Corona (COVID-19) dalam beberapa pekan terakhir. China mengklaim pihaknya kini mampu melakukan hingga 4,8 juta tes Corona setiap harinya.

Seperti dilansir CNN, Kamis (6/8/2020), Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Wang Jiangping, menyatakan bahwa China mampu melakukan sebanyak 4,84 juta tes Corona setiap hari sejak akhir Juli.

Secara nasional, nyaris 5 ribu institusi medis dan 38 ribu teknisi siap melakukan tes Corona massal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Kamis (6/8/2020):

ADVERTISEMENT

- Trump Kembali Menyebut Ledakan di Lebanon Mungkin Serangan Disengaja

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyebut ledakan di Lebanon yang menewaskan sedikitnya 135 orang, mungkin serangan yang disengaja. Hal ini dilontarkan Trump meskipun otoritas Lebanon dan Menteri Pertahanan AS sendiri meyakininya sebagai sebuah insiden.

"Apapun yang terjadi, itu mengerikan, tapi mereka tidak benar-benar tahu apa itu sebenarnya," ucap Trump bersikeras, seperti dilansir Associated Press, Kamis (6/8/2020). "Belum ada yang tahu," imbuhnya.

Para penyidik di Lebanon saat ini tengah fokus pada dugaan kelalaian dalam penyimpangan ribuan ton amonium nitrat, pupuk berdaya ledak tinggi, di sebuah gudang pelabuhan. Pemerintah Lebanon telah memerintahkan penahanan rumah untuk sejumlah pejabat pelabuhan Beirut terkait ledakan dahsyat tersebut.

- Jepang Peringati 75 Tahun Tragedi Bom Atom di Hiroshima

Jepang pada hari Kamis (6/8/2020) ini memperingati 75 tahun sejak serangan bom atom pertama di dunia. Peringatan ini gelar dengan peserta skala terbatas karena pandemi Corona.

Seperti dilansir dari AFP, Kamis (6/8), para korban selamat, kerabat dan segelintir pejabat asing menghadiri acara utama tahun ini di Hiroshima. Mereka berdoa untuk para korban yang tewas atau terluka dalam pemboman tersebut dan menyerukan perdamaian dunia.

Namun masyarakat umum dijauhkan dari acara ini. Upacara peringatan ini disiarkan secara online.

- Facebook Hapus Postingan Donald Trump soal Klaim Anak-anak 'Kebal' Corona

Facebook Inc kembali menghapus unggahan video Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kali ini, video yang dihapus berisikan pernyataan bahwa anak-anak 'hampir kebal' terhadap virus Corona (COVID-19).

Dilansir AFP dan CNN, Kamis (6/8/2020), postingan Trump itu dihapus Facebook pada Rabu (5/8) waktu setempat. Facebook menyatakan Trump melanggar aturannya untuk tidak membagikan informasi yang salah tentang virus corona.

"Video ini menyertakan klaim palsu bahwa sekelompok orang kebal dari COVID-19, yang merupakan pelanggaran kebijakan kami seputar misinformasi COVID yang berbahaya," kata juru bicara Facebook, Andy Stone.

- China Kini Mampu Lakukan 4,8 Juta Tes Corona Tiap Hari

Otoritas China meningkatkan kapasitas pemeriksaan virus Corona (COVID-19) dalam beberapa pekan terakhir. China mengklaim pihaknya kini mampu melakukan hingga 4,8 juta tes Corona setiap harinya.

Seperti dilansir CNN, Kamis (6/8/2020), Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Wang Jiangping, menyatakan bahwa China mampu melakukan sebanyak 4,84 juta tes Corona setiap hari sejak akhir Juli.

Secara nasional, nyaris 5 ribu institusi medis dan 38 ribu teknisi siap melakukan tes Corona massal.

"Total nyaris 200 juta unit alat tes telah disalurkan ke rumah-rumah sakit, pusat pengendalian penyakit, bea cukai pelabuhan, dan lembaga pemeriksaan pihak ketiga di seluruh negara ini," tutur Wang.

- Sebelum Ledakan di Lebanon, Peringatan Soal Amonium Nitrat Tak Digubris

Sejumlah besar amonium nitrat yang diduga menjadi penyebab ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, disimpan 6 tahun di gudang pelabuhan tanpa ada langkah keamanan tegas. Penyimpanan zat kimia berbahaya itu telah beberapa kali mendapatkan peringatan dari pihak Bea Cukai Lebanon, namun tidak pernah didengarkan.

Seperti dilansir CNN, Kamis (6/8/2020), dokumen-dokumen yang diamati CNN mengungkapkan bahwa muatan 2.750 ton amonium nitrat itu dibawa sebuah kapal milik Rusia, MV Rhosus, yang berlabuh di Beirut tahun 2013 lalu. Kapal tersebut hendak berlayar ke Mozambik, namun berhenti di Beirut karena kesulitan finansial yang memicu protes di kalangan awak kapal asal Rusia dan Ukraina.

Oleh otoritas pelabuhan Beirut, MV Rhosus kemudian ditahan karena 'pelanggaran berat dalam operasional kapal', tidak membayar biaya kepada otoritas pelabuhan dan karena ada pengaduan dari awak kapal yang tidak pernah dibayar upahnya. Kapal itu tidak pernah melanjutkan pelayarannya ke Mozambik dan tertahan di Beirut selama berbulan-bulan, hingga para awak kapal dipulangkan ke negara asal mereka.

Halaman 3 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads