Hanoi yang merupakan ibu kota Vietnam dilaporkan kekurangan alat rapid test virus Corona (COVID-19) setelah dilakukan tes massal terhadap puluhan ribu orang yang dievakuasi dari kota wisata Da Nang yang menjadi pusat wabah baru di negara ini. Otoritas Vietnam melaporkan 10 kasus Corona dan dua tambahan kematian dalam 24 jam terakhir.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (4/8/2020), otoritas Vietnam sejauh ini mencatat total 652 kasus Corona di wilayahnya, dengan total 8 kematian. Sebagian besar kematian terjadi kota Da Nang, yang melaporkan klaster penularan baru di sebuah rumah sakit setempat.
Kemunculan klaster baru di Vietnam terjadi setelah lebih dari tiga bulan negara ini tidak mendeteksi kasus penularan domestik di wilayahnya. Vietnam juga melaporkan nol kasus Corona selama berbulan-bulan, sebelum kematian pertama terjadi di Da Nang pada pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wabah baru Corona di Vietnam telah menginfeksi lebih dari 200 orang sejak 25 Juli, dengan sebagian besar kasus ada di kota Da Nang. Wabah baru itu juga dilaporkan menyebar ke sedikitnya delapan kota dan provinsi lainnya, termasuk ibu kota Hanoi dan Ho Chi Minh City.
Sebagai pencegahan semakin meluasnya wabah, otoritas Vietnam menerapkan lockdown terhadap kota Da Nang dan Buon Ma Thuot. Dalam pernyataan pada Senin (3/8) waktu setempat, juru bicara pemerintah Vietnam menegaskan pemerintah tidak berencana memberlakukan lockdown secara nasional.
Kementerian Kesehatan Vietnam melaporkan bahwa 88 ribu orang telah dievakuasi ke Hanoi, dari Da Nang, sejak 8 Juli lalu. Namun, baru 70.689 orang yang menjalani tes Corona. Dari jumlah itu, hanya dua orang yang dinyatakan positif Corona.
Selisih jumlah orang yang diperiksa itu, menurut media nasional Vietnam, disebabkan oleh kekurangan alat rapid test yang digunakan untuk memeriksa ribuan orang dalam sekali waktu.
Kementerian Kesehatan Vietnam menyatakan pihaknya akan memerintahkan institusi medis dan rumah-rumah sakit di Hanoi untuk meningkatkan kemampuan tes Corona.
Rapid test diketahui bisa mendiagnosis sampel darah dalam hitungan menit, namun cenderung tidak akurat. Otoritas Vietnam menggunakan rapid test untuk mengidentifikasi potensi kasus positif Corona. Hasil rapid test nantinya masih harus dikonfirmasi melalui tes PCR yang berbasis swab dan lebih akurat.
Secara terpisah, kepala pabrik alat tes Corona, Viet A Corp, Phan Quoc Viet, menyatakan pihaknya tidak mengkhawatirkan soal stok alat tes Corona.
"Vietnam tidak kekurangan. Kita memiliki stok cukup untuk 2 juta tes PCR dan bersedia menyediakan alat yang cukup bagi negara untuk melakukan program tes secara luas," tegas Viet kepada Reuters.