Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Keduanya menyerukan pembicaraan damai untuk mengakhiri bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (28/7/2020), panggilan telepon atas prakarsa Turki terjadi setelah militer Armenia mengatakan salah satu tentaranya tewas oleh penembak jitu dari seberang perbatasan dengan Azerbaijan, dalam sebuah serangan mematikan terakhir.
Bentrokan perbatasan meletus pada pertengahan Juli antara bekas republik Soviet itu, yang selama berpuluh-puluh tahun terkungkung dalam konflik menyangkut wilayah Azerbaijan yang memisahkan diri, Nagorny Karabakh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sembilan belas orang-termasuk tentara Armenia-tewas di kedua sisi dalam bentrokan perbatasan baru-baru ini.
Putin dan Erdogan membahas konflik itu, dan Putin "menggarisbawahi pentingnya tidak membiarkan tindakan apa pun yang meningkatkan ketegangan," kata Kremlin, dalam sebuah pernyataan.
Baik Putin dan Erdogan mengatakan mereka mendukung "penyelesaian situasi konflik secara eksklusif dengan cara damai, melalui pembicaraan." Rusia telah menawarkan untuk menengahi pembicaraan damai antara negara-negara Kaukasus Selatan.
Putin dan Erdogan mengatakan perselisihan itu harus diselesaikan "berdasarkan hukum internasional untuk kepentingan rakyat Armenia dan Azerbaijan," kata Kremlin.
Kementerian Pertahanan Armenia pada hari Senin mengatakan bahwa salah satu tentaranya "terbunuh oleh tembakan penembak jitu dari arah musuh" dalam semalam-setelah seminggu relatif tenang di perbatasan.
Azerbaijan sendiri menuduh Armenia menggunakan "senapan mesin kaliber besar dan senapan sniper" dan melanggar gencatan senjata beberapa kali di sepanjang perbatasan selama 24 jam terakhir.
(rfs/rfs)