John Lewis, anggota kongres Amerika Serikat (AS) dan pejuang hak-hak sipil yang berjuang bersama Martin Luther King Jr, meninggal dunia pada Jumat (17/7) malam. Pria yang pernah hampir terbunuh oleh polisi ini, meninggal dalam usia 80 tahun.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (18/7/2020) tokoh terkemuka keturunan Afrika-Amerika itu menghabiskan hidupnya dengan memperjuangkan apa yang disebutnya sebagai "masalah baik" - konfrontasi yang diperlukan untuk meningkatkan demokrasi di Amerika dengan mengakhiri diskriminasi dan ketidakadilan rasial.
"Hari ini, Amerika berduka karena kehilangan salah satu pahlawan terhebat dalam sejarah Amerika," kata Ketua House of Representatives (HOR) atau DPR AS, Nancy Pelosi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menggambarkan Lewis, yang pada akhir 2019 didiagnosis menderita kanker pankreas, sebagai "titan dari gerakan hak-hak sipil yang kebaikannya, keyakinannya dan keberaniannya telah mengubah bangsa AS."
Lewis baru berusia 21 ketika ia menjadi salah satu pendiri gerakan Freedom Riders, yang berjuang menghapuskan pemisahan berdasarkan ras dalam sistem transportasi AS pada awal tahun 1960-an, yang akhirnya menjadi salah satu suara paling kuat bangsa untuk isu keadilan dan kesetaraan.
Pria yang terlahir dari keluarga petani ini merupakan pemimpin termuda dalam long march tahun 1963 di Washington, tempat Martin Luther King Jr menyampaikan pidatonya yang terkenal "I have a dream".
Dua tahun kemudian, Lewis hampir tewas ketika memimpin ratusan demonstran menyeberangi Jembatan Edmund Pettus di Selma, Alabama dalam aksi damai ke Montgomery. Saat itu pasukan keamanan negara bagian, yang berusaha mengintimidasi mereka yang memperjuangkan hak suara untuk warga kulit hitam Amerika, menyerang para demonstran.
Lewis menderita patah tulang tengkorak dalam insiden itu. Lima puluh tahun kemudian, atau tahun 2015, dia berjalan melintasi jembatan itu bersama dengan Barack Obama, presiden kulit hitam pertama di AS, saat memperingati gerakan aksi damai Selma.
Lewis pertama kali memasuki Kongres pada tahun 1986. Kariernya naik dengan cepat dan dia menjadi figur yang memperjuangkan wewenang moral, yang disebut Pelosi sebagai "hati nurani dari Kongres."
Lewis telah menjauh diri dari tugas-tugas Kongres dalam beberapa bulan terakhir ketika dia menjalani perawatan medis untuk kanker yang dideritanya.
Tetapi dia kembali ke Washington pada awal Juni, di tengah-tengah demonstrasi besar menyusul pembunuhan seorang pria kulit hitam bernama George Floyd oleh polisi Minneapolis. Lewis ikut serta dalam aksi long march di Black Lives Matter Plaza, perempatan yang berganti nama di dekat Gedung Putih yang merupakan tempat protes terhadap ketidakadilan.