Lagi-lagi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memakai kekerasan terhadap demonstran di Washington DC. Sementara China akan menggelar uji coba vaksin virus Corona (COVID-19) pada manusia di Uni Emirat Arab (UAE).
Ancaman Trump itu merespons aksi vandalisme dan upaya demonstran untuk mendirikan 'Zona Otonomi' bebas polisi di Washington DC. Diketahui bahwa para demonstran berupaya merobohkan patung Presiden ke-7 AS, Andrew Jackson, yang berdiri di Taman Lafayette, dekat Gedung Putih. Patung itu menjadi target karena riwayat Jackson sebagai pemilik budak dan kebijakan brutalnya terhadap warga pribumi AS.
Para demonstran juga berupaya mendirikan tenda-tenda di taman dekat Gedung Putih. Mereka dilaporkan berniat membangun Zona Otonomi di Washington DC. Coretan berbunyi 'BHAZ' yang merupakan kependekan Black House Autonomous Zone terlihat di dekat gereja setempat, dekat Gedung Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di China, perusahaan bernama China National Biotec Group (CNBG) telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan uji coba klinis vaksin Corona fase 3 atau terhadap manusia, dalam skala besar di UAE. China tengah berupaya menguji coba vaksin-vaksin Corona yang potensial di luar negeri karena kurangnya pasien baru di dalam negeri.
Uji coba klinis fase 3 merupakan tahap akhir untuk menentukan kemanjuran dalam melindungi orang-orang sehat dari virus Corona. Uji coba fase 3 melibatkan ribuan partisipan dan biasanya digelar di negara-negara di mana virus masih menyebar luas, sehingga vaksin bisa diamati di tengah lingkungan kehidupan nyata.
Berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Rabu (24/6/2020):
- Trump Kembali Ancam Pakai Kekerasan ke Demonstran di Washington DC
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan ancaman untuk para demonstran di Washington DC. Trump bersumpah akan memakai kekerasan jika para demonstran berupaya menciptakan 'zona otonomi' bebas polisi di ibu kota AS tersebut.
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/6/2020), ancaman itu disampaikan Trump dalam cuitan terbaru via akun Twitter-nya pada Selasa (23/6) pagi waktu AS. Trump juga mengancam akan memberlakukan hukuman penjara yang berat bagi para 'anarkis' yang merusak monumen nasional saat berunjuk rasa.
"Saya telah memberikan wewenang terhadap Pemerintah Federal untuk menangkap siapa saja yang melakukan vandalisme atau merusak monumen apapun, patung apapun, atau properti Federal lainnya semacam itu di AS, dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara," tulis Trump dalam cuitannya.
"Tidak akan pernah ada 'Zona Otonomi' di Washington DC, selama saya menjadi Presiden Anda. Jika mereka mencoba (menciptakan Zona Otonomi), mereka akan berhadapan dengan kekuatan serius," tegas Trump.
- Hakim Perintahkan Presiden Brasil Pakai Masker di Depan Publik
Seorang hakim federal di Brasil memerintahkan Presiden Jair Bolsonaro untuk memakai masker di depan publik. Perintah ini diterbitkan setelah Bolsonaro berulang kali melanggar aturan wajib pakai masker yang diberlakukan di ibu kota Brasilia untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/6/2020), hakim Renato Borelli memerintahkan Bolsonaro untuk berhenti mengabaikan dekrit wajib memakai masker yang berlaku di Brasilia. Jika Bolsonaro terus melanggar dekrit itu, maka dia harus menghadapi hukuman denda 2 ribu Real (Rp 5,4 juta).
"Presiden memiliki kewajiban konstitusional untuk mematuhi aturan hukum yang berlaku di negara ini, juga untuk memajukan kesejahteraan rakyat secara umum, yang berarti mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak warga negara atas kesehatan," tegas hakim Borelli dalam putusannya.
- China Akan Uji Coba Vaksin Corona pada Manusia di Uni Emirat Arab
China juga akan menggelar uji coba vaksin virus Corona (COVID-19) terhadap manusia di wilayah Uni Emirat Arab (UAE). China National Biotec Group (CNBG) telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan uji coba klinis fase 3 dalam skala besar di UAE.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (24/6/2020), CNBG mengumumkan rencana uji coba vaksin Corona di UAE ini via media sosial Weibo pada Selasa (23/6) waktu setempat. Namun tidak disebutkan lebih lanjut nama kandidat vaksin Corona yang akan diuji coba pada manusia itu.
Unit perusahaan CNBG, sebuah afiliasi dari Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) yang milik negara, diketahui telah mengembangkan dua vaksin potensial, yang telah diberikan terhadap lebih dari 2 ribu orang dalam uji coba sebelumnya di China.
- Kembali Cetak Rekor, Brasil Catat Nyaris 40 Ribu Kasus Corona Sehari
Otoritas Brasil melaporkan nyaris 40 ribu kasus baru virus Corona (COVID-19) dalam sehari di wilayahnya. Angka ini mencetak rekor sebagai angka tertinggi kedua untuk tambahan kasus Corona harian di negara ini.
Seperti dilansir CNN, Rabu (24/6/2020), Kementerian Kesehatan Brasil dalam laporan terbaru mengumumkan adanya 39.436 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Angka tersebut mencetak rekor sebagai tambahan kasus harian tertinggi kedua di Brasil. Rekor tambahan kasus harian tertinggi di Brasil tercatat pada 19 Juni lalu, saat negara ini melaporkan 54.771 kasus baru dalam sehari.
Dengan adanya tambahan kasus tersebut, kini total virus Corona di Brasil mencapai 1.145.906 kasus.
- Pejabat Kesehatan AS: Virus Corona Buat AS Bertekuk Lutut
Seorang pejabat kesehatan terkemuka Amerika Serikat (AS) menyebut pandemi virus Corona (COVID-19) telah membuat AS 'bertekuk lutut'. Total kasus virus Corona di AS kini melebihi 2,3 juta kasus, dengan lebih dari 121 ribu kematian.
Seperti dilansir CNN dan The Guardian, Rabu (24/6/2020), Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Dr Robert Redfield, menyampaikan pernyataan itu dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi Energi dan Perdagangan pada House of Representatives (HOR) atau DPR AS.
Dalam RDP yang digelar di Washington DC pada Selasa (23/6) waktu setempat, Dr Redfield menyatakan bahwa kapasitas kesehatan publik di AS sangat kekurangan pendanaan sejak lama dan butuh investasi mendesak.
"Kita telah melakukan semua yang terbaik yang kita bisa untuk menangkal virus ini dan kenyataannya adalah virus ini membuat negara ini bertekuk lutut," ucap Dr Redfield dalam rapat tersebut.