Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ditutup sepenuhnya sebagai imbas pandemi virus Corona. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim penyebaran virus Corona di negaranya terkendali.
Penutupan Masjid Al-Aqsa dilakukan setelah otoritas Gaza untuk pertama kalinya melaporkan dua kasus virus Corona di wilayah tersebut, pada Minggu (22/3) waktu setempat. Sejauh ini, Otoritas Palestina mengonfirmasi 57 orang positif virus Corona di wilayah Tepi Barat.
Awal pekan ini, Putin menyatakan bahwa Rusia mampu menghentikan penyebaran virus Corona dan menyebut situasinya terkendali. Hal ini disampaikan dalam rapat kabinet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diklaim oleh pejabat Rusia bahwa negara itu memiliki rekam jejak kuat dalam pemeriksaan virus Corona secara luas. Rusia juga disebut telah mengambil serangkaian langkah agresif sejak awal, yang disinyalir berkontribusi dalam mencegah penyebaran wabah ini.
Berikut berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom hari ini:
- Kompleks Masjid Al-Aqsa Ditutup untuk Umum karena Virus Corona
Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem akan sepenuhnya ditutup untuk umum mulai Senin (23/3) waktu setempat, di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Dengan penutupan ini maka jemaah untuk sementara waktu sama sekali tidak bisa mengunjungi kompleks suci ini.
Seperti dilansir AFP, Senin (23/3/2020), penutupan sementara ini diumumkan oleh otoritas Wakaf Islam Yerusalem yang mengelola situs-situs suci umat muslim di Yerusalem pada Minggu (22/3) waktu setempat. Langkah yang tergolong langka ini dimaksudkan untuk memerangi penyebaran virus Corona.
Menurut pernyataan terbaru dari Wakaf Islam Yerusalem pada Minggu (22/3) waktu setempat, para jemaah tidak akan bisa berkunjung ke kompleks Masjid Al-Aqsa untuk sementara waktu. "Menanggapi rekomendasi keagamaan dan medis," demikian pernyataan pihak Wakaf.
Ditegaskan Wakaf Islam Yerusalem dalam pernyataannya bahwa untuk sementara, hanya para pegawai masjid yang bisa salat di halaman Masjid Al-Aqsa.
- Iran Tolak Tawaran Bantuan Trump untuk Perangi Wabah Corona
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei menegaskan bahwa negaranya tak akan menerima bantuan apapun dari Amerika Serikat (AS) untuk memerangi wabah virus corona.
Dalam pidato yang disiarkan televisi Iran, Khameini menyampaikan pesan langsung untuk Amerika Serikat. "Tak ada yang percaya Anda. Anda mampu mendatangkan ke negara kami, obat yang akan membuat virus tetap hidup dan mencegah pemberantasannya," cetus Khamenei seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (23/3/2020).
Iran menjadi salah satu negara yang paling terdampak wabah penyakit COVID-19 selain Italia, Spanyol dan China. Hingga Minggu (22/3) waktu setempat, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 1.685 orang telah meninggal akibat virus corona.
Kementerian Kesehatan Iran juga melaporkan lebih dari 1.028 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total 21.638 orang sejauh ini telah dinyatakan positif corona.
Sebelumnya pada 29 Februari lalu, Presiden AS Donald Trump yang telah menerapkan sanksi-sanksi dan "tekanan maksimum" terhadap Iran terkait program nuklirnya, menyatakan bahwa Washington siap membantu Iran memerangi wabah coronavirus jika para pemimpinnya meminta bantuan.
Namun dalam pidatonya, Khamanei menegaskan penolakan Iran. "Saat ini Amerika adalah musuh kita yang paling kejam dan jahat," kata Khamenei.
- Sudah 5 Hari Tak Ada Kasus Baru Virus Corona di Wuhan
Sudah lima hari terakhir ini, tidak ada laporan kasus baru virus Corona atau COVID-19 di kota Wuhan, China, yang menjadi lokasi awal terdeteksinya virus ini. Di sisi lain, jumlah kasus impor atau datang dari luar negeri terus bertambah di wilayah China daratan.
Seperti dilansir AFP dan kantor berita Xinhua News Agency, Senin (23/3/2020), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan nol kasus baru atau tidak ada kasus baru virus Corona sepanjang Minggu (22/3) waktu setempat, di kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang sebelumnya menjadi pusat wabah ini di wilayah China.
Ini berarti, sebut Xinhua News Agency, sudah lima hari berturut-turut tidak ada kasus baru virus Corona di kota Wuhan sejak kasus pertama muncul pada akhir tahun lalu.
Dalam laporannya, NHC mengumumkan 39 kasus baru virus Corona dalam sehari, yang semuanya merupakan kasus impor atau kasus yang muncul dari orang-orang yang datang dari luar negeri. Sejauh ini, menurut NHC, total sudah 353 kasus impor di wilayah China daratan.
Secara nasional, jumlah kasus virus Corona di China kini mencapai 81.093 kasus. Jumlah korban meninggal akibat virus Corona di China daratan bertambah menjadi 3.153 orang.
- Putin Klaim Penyebaran Virus Corona di Rusia Terkendali karena Langkah ini
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan awal pekan ini bahwa negaranya mampu menghentikan penyebaran massal virus Corona. Putin juga menyebut situasinya 'terkendali'. Apakah benar demikian?
Seperti dilansir CNN, Senin (23/3/2020), menurut informasi yang dirilis oleh sejumlah pejabat Rusia, strategi Putin tampaknya berhasil. Jumlah kasus virus Corona yang terkonfirmasi di Rusia tergolong rendah, meskipun Rusia berbagi perbatasan langsung dengan China dan melaporkan kasus pertamanya sejak Januari lalu.
Jumlah kasus virus Corona di Rusia memang masih bertambah. Sejauh ini otoritas Rusia -- yang berpenduduk 146 juta jiwa -- mengonfirmasi 367 kasus di wilayahnya, dengan satu orang meninggal. Jumlah itu sangat kontras jika dibandingkan Luksemburg yang berpenduduk hanya 628 ribu jiwa, namun telah melaporkan 789 kasus dengan 8 orang meninggal.
Sejumlah pakar menilai, langkah-langkah agresif yang sejak awal diambil Rusia, seperti menutup perbatasan sepanjang 4 ribu kilometer dengan China sejak 30 Januari lalu dan menetapkan zona-zona karantina, turut berkontribusi dalam mencegah semakin meluasnya wabah virus Corona di negara ini. Rusia juga menutup seluruh perbatasannya dari warga negara asing dan menunda seluruh acara kebudayaan juga acara olahraga di wilayahnya.
"Kami mampu mengatasi penetrasi massal dan penyebarannya (virus Corona-red)," ucap Putin dalam rapat kabinet pada awal pekan ini. "Situasi pada umumnya terkendali... meskipun risikonya tinggi," sebutnya.
Secara terpisah, perwakilan Rusia untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Melita Vujnovic, menuturkan kepada CNN bahwa Rusia memiliki rekam jejak kuat dalam pemeriksaan virus Corona. "Direktur Jenderal WHO mengatakan 'periksa, periksa, periksa'. Rusia telah memulai itu sebenarnya pada akhir Januari," ucapnya.
- Raja Salman Umumkan Jam Malam di Arab Saudi karena Virus Corona
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, mengumumkan jam malam akan diberlakukan secara nasional di seluruh wilayah negara itu untuk membatasi penyebaran virus Corona atau COVID-19. Jam malam mulai petang hingga subuh ini diberlakukan mulai Senin (23/3) waktu setempat.
Seperti dilansir AFP, Senin (23/3/2020), laporan kantor berita Saudi Press Agency (SPA) yang mengutip perintah Kerajaan Saudi menyatakan bahwa jam malam berlaku mulai pukul 19.00 hingga pukul 06.00 pagi selama 21 hari ke depan.
Jam malam ini diberlakukan setelah otoritas Arab Saudi melaporkan penambahan kasus virus Corona pada Minggu (22/3) waktu setempat, menjadi total 511 kasus.
Pekerja sektor kesehatan juga sektor keamanan dan militer, sebut perintah kerajaan itu, akan dikecualikan dari aturan jam malam ini.
Sebagai upaya mengurangi penyebaran virus Corona, otoritas Saudi telah menutup bioskop, mal dan restoran, juga menghentikan sementara penerbangan internasional juga domestik dan menghentikan umroh untuk tahun ini. Saudi juga menghentikan sementara ibadah salat berjemaah di seluruh masjid di wilayahnya, kecuali di Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.