"Pengalaman China, Republik Korea, Singapura dan negara lain jelas menunjukkan bahwa pemeriksaan dan pelacakan kontak yang agresif, dikombinasikan dengan langkah menjaga jarak secara sosial dan mobilisasi masyarakat, bisa mencegah penularan dan menyelamatkan nyawa," jelasnya.
"Jepang juga menunjukkan bahwa pendekatan pemerintahan secara menyeluruh yang dipimpin Perdana Menteri (Shinzo) Abe sendiri, dengan didukung penyelidikan mendalam terhadap cluster-cluster (penularan), merupakan langkah kritis dalam mengurangi penularan," imbuh Tedros.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedros menyampaikan seruan ini saat negara-negara di kawasan Eropa -- yang disebutnya sebagai pusat pandemi virus Corona -- telah mengambil langkah-langkah dramatis dalam upaya menghentikan penyebaran virus Corona, mulai dari meliburkan sekolah-sekolah, membatasi acara-acara publik hingga lockdown nasional.
Kepala Program Darurat WHO, Michael Ryan, secara terpisah menekankan bahwa langkah-langkah melarang digelarnya acara-acara publik 'bukanlah obat mujarab'. Langkah menjaga jarak secara sosial atau 'social distancing' tidak langsung menghentikan penyebaran virus Corona, namun bisa menyelamatkan nyawa.
"Langkah-langkah social distancing tidak akan menghentikan pandemi ini," ujar Ryan, sembari menambahkan bahwa langkah semacam itu bisa memberikan 'dampak positif'.
Dia menekankan bahwa hal terpenting dalam memerangi virus Corona adalah bertindak. "Kesalahan terbesar adalah tidak bertindak. Kesalahan terbesar adalah dilumpuhkan oleh ketakutan akan kegagalan," imbuhnya.
Data terbaru dari WHO, seperti dilansir CNN, menyebutkan jumlah korban meninggal akibat virus Corona secara global telah melampaui 5 ribu orang. Jumlah total kasus virus Corona kini melebihi 136 ribu kasus di sedikitnya 123 negara dan wilayah.
(nvc/jbr)