Seperti dilansir AFP, Selasa (31/12/2019), kepala kepolisian setempat mencurigai tindak kriminal terorganisasi dalam kasus ini.
Di antara sembilan korban yang tewas yang masih satu keluarga ini, enam orang di antaranya masih anak-anak. Seluruh korban tewas diketahui memegang kewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pembantaian pada 4 November lalu, para korban ditembak mati di ruas jalan pinggiran Meksiko, tepatnya di antara negara bagian Sonora dan Chihuahua. Lokasi insiden itu dikenal sebagai zona konflik antara kartel-kartel narkoba setempat yang memperebutkan rute perdagangan narkoba ke AS.
Para penyidik setempat meyakini bahwa kartel-kartel narkoba setempat keliru mengira para korban sebagai anggota kelompok rivalnya. Namun sejumlah keluarga korban menolak dugaan itu dan meyakini para korban diserang secara terarah.
Dalam pernyataan pada Senin (30/12) waktu setempat, kantor jaksa setempat menyatakan bahwa tiga tersangka ditangkap pada 26 Desember lalu atas dugaan 'bertanggung jawab' dalam tindak kejahatan terorganisasi. Dakwaan terhadap empat tersangka lainnya tidak diungkap ke publik.
Identitas para tersangka yang ditangkap juga tidak disebut lebih lanjut.
Kasus pembantaian ini semakin meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, untuk menunjukkan langkah tegas melawan kebrutalan kartel-kartel narkoba.
Usai pembantaian terjadi, Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menetapkan kartel-kartel narkoba setempat sebagai kelompok teror. Ancaman itu dipandang oleh kebanyakan warga Meksiko sebagai upaya membuka jalan bagi campur tangan lebih lanjut oleh AS.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini