"Saya secara tegas menyatakan bahwa jumlah dan angka yang disampaikan kelompok-kelompok keji adalah kebohongan besar dan statistiknya memiliki perbedaan serius dengan apa yang mereka umumkan," ucap juru bicara otoritas kehakiman Iran, Ghomlamhossein Esmaili, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Selasa (3/12/2019).
"Mereka mengumumkan sejumlah angka juga sejumlah nama ... Jumlah yang diklaim oleh mereka merupakan kebohongan dan direkayasa," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nama-nama yang mereka berikan juga bohong," ucapnya, sembari menyebut bahwa daftar itu itu termasuk orang yang masih hidup dan meninggal secara wajar, bukan karena unjuk rasa.
Unjuk rasa besar-besaran digelar di berbagai wilayah Iran pada 15 November lalu setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM hingga 200 persen. Unjuk rasa yang diwarnai kerusuhan itu ditangkal otoritas Iran yang memutus akses internet secara total selama seminggu.
Otoritas Iran hingga kini belum mengumumkan angka resmi korban tewas dalam unjuk rasa tersebut.
Namun Amnesty International yang berkantor di London, Inggris pada Senin (2/12) waktu setempat melaporkan bahwa 208 orang tewas dalam unjuk rasa kenaikan BBM di Iran.
"Jumlah orang yang diyakini tewas dalam unjuk rasa di Iran yang pecah pada 15 November telah bertambah menjadi sedikitnya 208 orang, berdasarkan pada laporan kredibel yang diterima organisasi," tegas Amnesty dalam pernyataan terbaru.
Sebelumnya Amnesty menyebut jumlah korban tewas mencapai 161 orang. Ditambahkan Amnesty bahwa jumlah korban tewas yang sebenarnya ada kemungkinan untuk bertambah lagi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini