Amnesty International bahkan menyebut pasukan keamanan Irak menembakkan gas air mata level militer ke arah para demonstran. Diketahui bahwa gas air mata level militer memiliki berat 10 kali lipat dibanding gas air mata biasa dan bisa menembus tengkorak juga paru-paru.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mencatat 16 kematian akibat gas air mata level militer dalam unjuk rasa di Irak. Amnesty International menemukan fakta bahwa para demonstran mengalami 'luka-luka dan kematian mengerikan setelah granat tertancap ke dalam kepala mereka'.
Menteri Pertahanan Irak, Najah al-Shammari, menyebut laporan autopsi menemukan fakta bahwa tabung gas air mata yang menjadi penyebab kematian para demonstran, tidak dibeli secara resmi oleh pemerintah Irak. Ini mengindikasikan bahwa gas air mata itu masuk melihat pihak-pihak lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan Al-Shammari bahwa proyektil yang ditemukan di dalam tubuh demonstran saat autopsi 'tidak diimpor oleh pemerintah Irak atau oleh lembaga resmi Irak lainnya'. Tidak disebutkan lebih lanjut oleh Al-Shammari dari mana asal proyektil itu. Namun sejumlah demonstran mencurigai tabung gas air mata itu datang dari Iran, yang pengaruhnya di Irak turut disalahkan telah memicu bentrokan sengit.
Unjuk rasa yang terus berlanjut kebanyakan terjadi di wilayah Baghdad dan provinsi-provinsi yang didominasi Syiah. Lebih dari 330 orang tewas dan ribuan orang lainnya luka-luka sejak unjuk rasa digelar pada 1 Oktober lalu. Para demonstran marah dengan hal yang mereka sebut sebagai korupsi yang meluas, kurangnya lapangan kerja dan layanan publik yang buruk, termasuk pemotongan suplai listrik. Sejauh ini para demonstran menolak proposal pemerintah soal reformasi ekonomi dan konstitusional. Demonstran malah menyerukan agar seluruh pemimpin politik Irak mundur, termasuk Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi.
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini