Pihak Kepolisian Hong Kong dalam pernyataannya membela si polisi yang menembak Tsang. Disebutkan bahwa polisi tersebut mengkhawatirkan keselamatan dirinya dan koleganya saat dikeroyok demonstran, yang jumlahnya lebih banyak dari mereka dan bertindak 'sangat bengis'.
"Demonstran sangat bengis, mereka menggunakan palu, kunci pas, tongkat besi untuk menyerang kolega kami yang jatuh ke lantai. Demonstran juga menggunakan tongkat kayu tajam untuk menikam kolega kami," ucap Kepala Biro Humas Kepolisian Hong Kong, Tse Chun-chung, pada Rabu (2/10) kemarin.
"Ketika demonstran mencoba menikam polisi apakah mereka memikirkan nyawanya? Dan orang-orang yang mengkritik polisi yang menembak, apakah mereka membedakan nyawa seorang polisi dan seorang penyerang?" imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tsang menjadi demonstran pertama di Hong Kong yang ditembak dengan peluru tajam sejak unjuk rasa besar-besaran dimulai pertengahan Juni lalu. Unjuk rasa yang awalnya memprotes rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi -- yang mengatur ekstradisi tersangka ke China daratan -- ini meluas menjadi unjuk rasa menyerukan reformasi demokrasi dan menuntut pertanggungjawaban polisi.
Dengan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, tak mampu mencari solusi politik, personel kepolisian harus menghadapi aksi para demonstran yang semakin lama semakin anarkis. Sentimen semakin keras di semua pihak. Demonstran dan warga setempat menyebut polisi bagaikan 'preman', sedangkan polisi menyebut demonstran sebagai 'perusuh'.
Tuntutan utama demonstran saat ini adalah penyelidikan independen terhadap taktik polisi dalam menangani unjuk rasa, mengampuni demonstran yang ditangkap dan memiliki hak pilih universal. Otoritas China dan Lam telah menyatakan tidak bersedia memenuhi tuntutan itu.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini