Pengakuan itu disampaikan Kim Dong-chul, warga Amerika Serikat kelahiran Korea Selatan (Korsel) dalam wawancara dengan media Jerman, NDR seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/9/2019). Pria berumur 67 tahun itu menceritakan operasi-operasi pengintaian yang pernah dilakukannya, serta penangkapan dan penyiksaan yang dialaminya selama mendekam di penjara Korut.
"Saya mendekati perwira-perwira militer dan ilmuwan yang saya tahu membutuhkan uang," kata Kim dalam program acara di stasiun televisi NDR. Dia juga menunjukkan jari-jarinya yang bengkok, yang diklaimnya patah akibat sepatu boots tentara selama menginterogasinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam program TV tersebut, Kim mengatakan bahwa setelah kematian mantan pemimpin Korut, Kim Jong Il pada tahun 2011, dia direkrut oleh seorang agen CIA di Korsel.
"Setelah kematian Kim Jong Il, ada banyak rumor tentang kemungkinan penggantinya dan arah masa depan negara tersebut," katanya kepada NDR.
Kim Dong-chul merupakan satu dari tiga tahanan Amerika yang dibebaskan oleh Pyongyang pada Mei 2018, menjelang pertemuan puncak pertama antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-Un. Sejak pembebasannya, bekas tahanan itu mengatakan kepada media Korsel bahwa dirinya dulunya mengumpulkan informasi untuk Dinas Intelijen Nasional Korsel dan CIA.
Pebisnis dan bekas misionaris Kristen itu pernah menjadi insider terpercaya di Korut. Di negeri komunis itu, sejak tahun 2001 dia mengelola sebuah hotel di zona ekonomi khusus Rason di dekat perbatasan China dan Rusia.
Dia ditangkap pada Oktober 2015 setelah dia dilaporkan menerima data terkait nuklir dan informasi militer lainnya dari seorang bekas tentara Korut. Kemudian pada April 2016, dia dijatuhi hukuman 10 tahun kerja paksa karena spionase dan subversi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini