Seperti dilansir AFP, Rabu (2/5/2018), semuanya berawal saat PM Armenia sebelumnya, Serzh Sarkisian, lengser pada akhir April lalu usai unjuk rasa besar-besaran berlangsung di Armenia. Diketahui bahwa Sarkisian yang sebelumnya menjabat Presiden Armenia hingga 9 April, terpilih menjadi Perdana Menteri Armenia pada 17 April.
Pihak oposisi menilai hal itu sebagai 'perampasan kekuasaan' dan unjuk rasa besar-besaran digelar untuk melengserkan Sarkisian. Unjuk rasa itu berhasil menekan Sarkisian yang akhirnya mengundurkan diri pada 23 April lalu. Untuk sementara, mantan Perdana Menteri Armenia Karen Karapetyan menjabat pelaksana tugas PM Armenia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Voting menunjukkan 55 suara menolak Pashinyan mencalonkan diri, dengan hanya 45 suara mendukung. Parlemen Armenia beralasan Pashinyan tidak cocok menjadi calon PM Armenia. Armenia merupakan negara bekas Uni Soviet yang terletak di antara Asia dan Eropa.
Aksi protes pun pecah, dengan puluhan ribu warga turun ke jalanan ibu kota Yerevan pada Rabu (2/5) waktu setempat. Warga yang ikut unjuk rasa merasa marah atas keputusan parlemen Armenia menolak pencalonan diri Pashinyan. Pashinyan sendiri telah menginstruksikan warga Armenia untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran.
Para demonstran memblokir jalanan dan gedung-gedung pemerintah. Koresponden AFP melaporkan nyaris seluruh ruas jalan dan pertokoan ditutup. Layanan kereta terganggu dan jalur yang menghubungkan Yerevan dengan bandara Armenia ikut diblokir. Aksi protes warga semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di Armenia. Warga yang ikut aksi protes tergolong beragam termasuk para warga lanjut usia dan ibu rumah tangga.
Demonstran melambaikan bendera nasional Armenia, meniup vuvuzela dan meneriakkan slogan 'Armenia yang bebas, independen!'.
Para demonstran menegaskan akan ada di jalanan selama mungkin, hingga elite Partai Republik lengser dan Pashinyan terpilih menjadi PM Armenia. "Orang-orang tidak akan menyerah, unjuk rasa tidak akan mereda," tegas salah satu demonstran, Sergey Konsulyan (45), yang seorang pengusaha.
"Kita akan menang karena kita bersatu, seluruh rakyat Armenia bersatu," timpal demonstran lainnya, Gayane Armiragyan (19), yang seorang siswa.
(nvc/nkn)











































