Dilansir dari AFP, Senin (26/2/2018), Rusia diminta untuk menghentikan bantuan serangan kepada militer Suriah selama sehari. Ini diberlakukan untuk Selasa (27/2).
"Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan jeda kemanusiaan sehari untuk melakukan serangan udara di daerah kantong gerilyawan Ghalda Suriah yang dikuasai pemberontak sejak Selasa," ujar Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeda kemanusiaan atau yang juga disebut sebagai 'humanitarian pause' itu diberlakukan Rusia untuk menghindari korban sipil di Ghouta Timur. Setidaknya ratusan orang telah menjadi korban meski ada status gencatan senjata di Rusia.
"Mulai tanggal 27 Februari, besok, dari pukul 9:00 sampai 14:00 akan ada jeda kemanusiaan," tutur Shoigu.
![]() |
Kawasan Ghouta Timur yang terletak di pinggiran Damaskus dikepung dan dibom selama beberapa pekan terakhir. Sedikitnya 520 warga sipil terbunuh dalam sepekan terakhir dalam serangan beruntun itu.
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia turut mendukung gencatan senjata 30 hari di Suriah. Namun menurut kelompok Observasi Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di London, Inggris, pesawat tempur militer Suriah yang didukung Rusia terus menyerang Ghouta Timur usai keluarnya resolusi DK PBB.
Menurut SOHR, 41 warga sipil tewas dalam serangan udara hari Sabtu (24/2), termasuk delapan anak. Tujuh orang lainnya meninggal pada hari Minggu (25/2). Namun Rusia membantah ikut ambil bagian dalam serangan dan pengeboman ke Ghouta Timur akhir pekan ini. Rusia, juga Iran merupakan pendukung utama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam memerangi para pemberontak di negeri itu.
(elz/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini