"Para teroris tidak meletakkan senjata mereka, mereka menahan penduduk setempat sebagai sandera, inilah penyebab utama situasi sangat tegang," ujar juru bicara istana kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (26/2/2018).
Peskov juga menyampaikan statemen Kementerian Pertahanan Rusia, yang menyatakan pemerintah Moskow memiliki informasi mengenai kemungkinan penggunaan bahan kimia oleh para militan di Ghouta Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan Ghouta Timur yang terletak di pinggiran Damaskus dikepung dan dibom selama beberapa pekan terakhir. Sedikitnya 520 warga sipil terbunuh dalam satu minggu terakhir dalam serangan beruntun itu.
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia turut mendukung gencatan senjata 30 hari di Suriah. Namun menurut kelompok Observasi Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di London, Inggris, pesawat tempur militer Suriah yang didukung Rusia terus menyerang Ghouta Timur usai keluarnya resolusi DK PBB.
Menurut SOHR, 41 warga sipil tewas dalam serangan udara hari Sabtu (24/2), termasuk delapan anak. Tujuh orang lainnya meninggal pada hari Minggu (25/2). Namun Rusia membantah ikut ambil bagian dalam serangan dan pengeboman ke Ghouta Timur akhir pekan ini. Rusia, juga Iran merupakan pendukung utama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam memerangi para pemberontak di negeri itu.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini