Seperti dilansir AFP, Selasa (28/11/2017), Otoritas Palestina atau PA seharusnya sudah memegang kendali atas Gaza pada Jumat (1/12) nanti sesuai dengan kesepakatan rekonsiliasi Hamas dan Fatah yang ditandatangani pada Oktober lalu. Fatah menaungi Presiden Abbas.
Namun kemungkinan besar penyerahan kekuasaan tersebut baru akan terbatas pada urusan-urusan sipil untuk sementara, mungkin hanya sebagian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayap militer Hamas yang memiliki 25 ribu anggota militan, tetap berkuasa di Jalur Gaza dan tidak memiliki rencana untuk menyerahkan persenjataan mereka, meskipun ada seruan pelucutan senjata dari beberapa pihak. Para pejabat dari Fatah juga mengkritik lambatnya kemajuan dalam penyerahan kekuasaan kepada PA.
Terlepas dari situasi ini, penyerahan kekuasaan dari Hamas kepada PA tetap digembar-gemborkan oleh para pemimpin Palestina sebagai terobosan baru dalam mengakhiri pertikaian Hamas-Fatah selama 10 tahun terakhir.
Hamas menguasai Gaza sejak tahun 2007, saat nyaris terjadi perang saudara dengan Fatah usai pertikaian pemilu yang dimenangi Hamas. Fatah yang mendominasi PA berbasis di Tepi Barat. Setelah itu, Israel dan Hamas di Gaza terlibat tiga kali perang, yang terakhir tahun 2014. Israel menerapkan berlakukan blokade terhadap Gaza selama satu dekade terakhir. Sedangkan perbatasan Gaza dengan Mesir ditutup beberapa tahun terakhir.
Warga Gaza sendiri berharap kesepakatan rekonsiliasi dan penyerahan kekuasaan ini akan membantu mengurangi penderitaan mereka akibat blokade. Infrastruktur dasar seperti listrik dan suplai air bersih sangat kurang di Gaza.
"Semua yang kami inginkan adalah peningkatan situasi ekonomi dan dibukanya perbatasan," ucap salah satu warga Gaza, Abu Abed Abu Sultan (53), yang berprofesi sebagai penjual kopi. Abu Sultan sebelumnya bekerja sebagai penjahit di perusahaan yang mengekspor ke Israel sebelum blokade diberlakukan.
"Kami tidak banyak meminta -- kami hanya ingin hidup seperti belahan dunia lainnya. Saya takut rekonsiliasi akan gagal seperti sebelumnya," imbuhnya.
Setelah kesepakatan rekonsiliasi ditandatangani, Hamas menepati janji dengan menyerahkan kendali atas perbatasan Gaza kepada PA pada 1 November lalu. Selanjutnya, Hamas harus menyerahkan kendali keseluruhan atas Gaza kepada PA pada 1 Desember nanti.
Keraguan menyelimuti penyerahan kendali atas Gaza itu. Presiden Abbas ingin menghindari situasi konflik seperti yang terjadi di Libanon, saat Hizbullah memegang kekuasaan besar. Namun Hamas sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melucuti persenjataan sayap militernya, Brigade Ezzedine al-Qassam.
(nvc/ita)