Insiden itu terjadi pada 30 September lalu. Pesawat dengan rute Paris-Los Angeles ini berhasil mendarat darurat dengan selamat di Bandara Goose Bay, Kanada bagian timur. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun salah satu dari empat mesin pesawat jenis double-deck Airbus A380 itu terlihat jelas mengalami kerusakan parah. Bagian depan mesin, termasuk kipas raksasa dan penutup mesin, terlepas dari tempatnya.
Insiden ini diselidiki secara mendalam oleh Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil Prancis (BEA). Pekan ini, seperti dilansir CNN, Jumat (6/10/2017), penyidik BEA menyebut sejumlah puing pesawat itu ditemukan di wilayah Greenland, dekat Atlantik Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi temuan itu disebut BEA sebagai 'tanah kosong yang tertutup salju'. Sebuah helikopter yang dioperasikan oleh Air Greenland mengudara di atas lokasi itu dan mendapati sejumlah puing pesawat. Greenland yang kebanyakan areanya ditutupi salju ini, merupakan wilayah otonomi Denmark.
"BEA berkomunikasi dengan mitranya di Denmark untuk mengatur pengambilan puing-puing itu," demikian pernyataan BEA.
"Analisis data pada rekaman penerbangan akan berlanjut di laboratorium BEA. Komputer mesin juga dianalisis oleh produsen manufaktur di Amerika Serikat," imbuh pernyataan itu.
Pesawat Air France dengan nomor penerbangan 66 ini mengalami kegagalan salah satu mesin saat mengudara di ketinggian sekitar 37 ribu kaki atau 11 ribu meter, dekat wilayah Greenland. Akibat masalah mesin itu, pesawat terpaksa mendarat darurat di Kanada.
Salah satu penumpang, Sarah Eamigh, mengaku mendengar suara letupan keras dan merasa pesawat menurunkan ketinggian dengan cepat yang disertai beberapa kali getaran. Saat itu, Air France mengirimkan dua pesawat alternatif untuk membawa 497 penumpang yang terdampar di Goosey Bay. Mereka melanjutkan penerbangan ke Los Angeles pada Minggu (1/10) pagi.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini