PBB Butuh Dana Rp 2,6 T Untuk Pengungsi Rohingya di Bangladesh

PBB Butuh Dana Rp 2,6 T Untuk Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 22 Sep 2017 16:48 WIB
Para pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh (REUTERS/Cathal McNaughton)
Dhaka - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan dana sebesar US$ 200 juta (Rp 2,6 triliun) diperlukan untuk membantu ratusan ribu pengungsi Rohingya yang kini berada di Bangladesh. Jumlah sebesar itu dibutuhkan untuk enam bulan ke depan.

Otoritas Bangladesh dan berbagai organisasi kemanusiaan saat ini tengah berjuang untuk membantu 422 ribu pengungsi Rohingya yang kini berada di kamp-kamp pengungsian di Cox's Bazar, Bangladesh. Jumlah itu tercatat sejak 25 Agustus saat konflik kembali pecah di Rakhine, Myanmar.

Jauh sebelum itu, Bangladesh telah menampung sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya lainnya yang melarikan diri dari berbagai konflik komunal yang melanda Myanmar beberapa tahun terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti dilansir Reuters, Jumat (22/9/2017), PBB sebenarnya telah mengajukan permohonan bantuan kemanusiaan senilai US$ 78 juta (Rp 1 triliun) pada 9 September lalu, namun aliran pengungsi yang berdatangan dari Myanmar terus bertambah.

"Sekarang kami mengupayakan US$ 200 juta (Rp 2,6 triliun)," ujar Koordinator Residen PBB di Bangladesh, Robert D Watkins, kepada Reuters dalam wawancara di kantornya di Dhaka, Bangladesh. Koordinator residen merupakan pemimpin misi PBB di sebuah negara.

"Memang belum dikonfirmasi, tapi itu angka kasar yang didasarkan pada perkiraan dari informasi-informasi yang kami dapatkan," imbuhnya.

"Kami mendasarkan permohonan ini pada kebutuhan mendesak dan sekarang kami tahu mereka akan berada di sini untuk enam bulan," imbuhnya.


Otoritas Myanmar telah menyangkal tudingan bahwa pihaknya melakukan pembersihan etnis di Rakhine. Ditegaskan berulang kali oleh Myanmar, bahwa militernya sedang berperang melawan kelompok militan lokal di Rakhine, yang menamakan diri Tentara Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA).

ARSA mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap 30 pos polisi dan sebuah pangkalan militer Myanmar pada 25 Agustus yang memicu operasi militer besar-besaran dan berujung eksodus warga Rohingya.

[Gambas:Video 20detik]

Militan ARSA juga mendalangi serangan serupa pada Oktober 2016, namun dengan skala lebih kecil. Serangan saat itu juga memicu operasi militer Myanmar yang memaksa sekitar 87 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh.


Watkins menyebut eksodus Rohingya sejak 25 Agustus jauh lebih besar dari aliran pengungsi yang dipicu praktik pembersihan etnis era Yugoslavia tahun 1990-an. "Sungguh berbeda, karena jumlahnya jauh lebih besar ... jumlah sangat besar dalam periode waktu sangat singkat," sebutnya.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads