Sejak lama, seperti dilansir AFP, Selasa (6/6/2017), Israel selalu menghadapi perlawanan dalam upayanya meningkatkan hubungan dengan negara-negara Arab, karena pendudukannya atas wilayah Palestina selama 50 tahun terakhir.
Baca juga: AS Diam-diam Coba Redakan Ketegangan Qatar-Arab Saudi Cs
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak diragukan bahwa ini (pemutusan hubungan dengan Qatar) membuka sangat banyak kesempatan kerja sama dalam perjuangan melawan teror," ujar Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, di hadapan parlemen Israel.
"Kita melihat Presiden Amerika Serikat mengunjungi Arab Saudi dan berbicara pertama-tama dan terutama soal koalisi melawan teror," imbuhnya, merujuk pada kunjungan Presiden AS Donald Trump ke luar negeri, bulan lalu.
"Negara Israel sangat terbuka pada kerja sama. Saat ini bola ada di pihak lain," sebut Lieberman.
Baca juga: Qatar Bersitegang dengan Saudi Cs, Iran: Tetangga Adalah Permanen
Pada Senin (5/6), Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UAE) dan Mesir serentak memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Langkah itu diikuti oleh Yaman, Libya dan Maladewa. Komunikasi segala bidang serta operasional transportasi dengan Qatar juga dihentikan.
Keputusan itu diambil setelah negara-negara itu menuding Qatar mendukung terorisme dan kelompok militan seperti Ikhwanul Muslimin, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan Al-Qaeda. Tak hanya itu, Qatar juga dituding mendukung agenda Iran, yang jelas menjadi musuh Saudi dan Israel.
"Sudah jelas bagi semua orang bahwa peristiwa ini tidak hanya ilustrasi lain, yang bahkan negara-negara Arab memahami bahwa itu menjadi bahaya besar untuk keseluruhan wilayah, bukan hanya Israel, bukan Yahudi, bukan Zionisme, tapi terorisme," tegas Lieberman.
Baca juga: Liga Arab Sesalkan Arab Saudi Cs Putus Hubungan dengan Qatar
(nvc/ita)











































