"Tetangga adalah permanen; geografi tak bisa diubah. Pemaksaan tak pernah menjadi solusi. Dialog penting, khususnya selama Ramadan yang diberkati ini," kata Zarif dalam postingannya di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (6/6/2017).
Zarif juga menelepon Menlu Qatar untuk membahas perkembangan terbaru tersebut, serta berbicara pula dengan para menlu negara-negara Arab dan muslim, termasuk Aljazair, Turki, Indonesia dan Irak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab pada Senin (5/6) mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar, tetangga Teluk Arab mereka. Alasannya, Qatar mendukung terorisme dan mencampuri urusan dalam negeri mereka. Negara-negara lainnya seperti Mesir, Yaman, Libya dan Maladewa kemudian juga mengambil langkah serupa.
Ditegaskan Ghasemi, meningkatnya ketegangan di antara tetangga-tetangganya itu "tidak menguntungkan pemerintahan manapun di wilayah tersebut dan mengancam kepentingan semua pihak di masa-masa ketika dunia tengah mengalami terorisme dan ekstremisme yang luas".
Sebelumnya, dalam statemen yang dirilis kantor berita resmi Saudi, SPA, pemerintah Saudi menuding Qatar mendukung kelompok-kelompok militan dan menyebarkan ideologi keras mereka, yang tampaknya mengacu ke media berpengaruh al-Jazeera milik pemerintah Qatar.
"Qatar mendukung banyak teroris dan kelompok-kelompok sektarian yang bertujuan merusak stabilitas di wilayah, termasuk Ikhwanul Muslimin, ISIS dan al-Qaeda, serta mempromosikan pesan-pesan dan skema kelompok-kelompok ini lewat media mereka secara terus-menerus," demikian pernyataan SPA seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (5/6/2017).
Disebutkan SPA, Qatar juga mendukung para militan yang didukung Iran di wilayahnya yang sebagian besar dihuni warga Syiah, Qatif dan di Bahrain.
(ita/ita)











































