Serangan bom yang terjadi usai konser Ariana Grande di Manchester merupakan yang terburuk bagi Inggris dalam 12 tahun terakhir. Perdana Menteri Inggris Theresa May menyebut setiap aksi teroris sebagai aksi pengecut.
"Semua tindakan terorisme adalah pengecut," kata May di luar kantornya di Downing Street setelah bertemu dengan kepala keamanan dan intelijen, seperti dilansir Reuters, Rabu (24/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca juga: New York Tingkatkan Pengamanan Usai Ledakan Konser Ariana Grande
Inggris telah meningkatkan status keamanan mereka dari 'parah' menjadi 'kriits'. May dalam sebuah siaran televisi menyatakan akan meningkatkan keamanan dengan menurunkan pasukan militer. Militer akan diterjunkan ke acara-acara publik termasuk di antaranya acara konser dan olahraga.
ISIS sebelumnya telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Manchester. Mereka menyatakan hal tersebut melalui sosial media Telegram.
"Salah satu tentara khalifah menempatkan bom-bom di antara kerumunan," kata ISIS dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: ISIS Klaim Serangan Bom di Konser Ariana Grande
Ledakan bom terjadi di kompleks Manchester Arena yang menjadi lokasi konser penyanyi ternama Amerika Serikat (AS) Ariana Grande. Bom meledak sesaat setelah konser berakhir pada Senin (22/5) malam sekitar pukul 22.33 waktu setempat. Korban luka dirawat di 8 rumah sakit berbeda.
Pelaku diidentifikasi bernama Salman Abedi (22). Abedi disebutkan merupakan pria kelahiran Inggris keturunan Libya. Abedi lahir di barat laut Manchester dari orang tua berkebangsaan Libya. Orang tua Abedi melarikan dari negaranya untuk menghindari rezim diktator Moamer Kadhafi.
Selain Abedi, Polisi juga mengamankan seorang pria berusia 23 tahun. Hanya saja dentitas orang tersebut belum diungkap oleh Kepolisian. (rna/rna)