Dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/5/2017), Kementerian Keamanan Negara Korut menyebut rencana serangan AS dan Korsel itu telah melewati batas. Korut juga menegaskan, serangan semacam itu tidak akan pernah berhasil.
"Badan Intelijen Pusat AS dan Dinas Intelijen (IS) Korea Selatan, ladang subur bagi kejahatan di dunia, merancang rencana jahat untuk melukai pemimpin tertinggi DPRK dan aksi itu telah mencapai fase penerapan yang luar biasa serius setelah melewati ambang pintu DPRK," demikian pernyataan Kementerian Korut itu seperti dikutip kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DPRK merupakan kependekan dari nama resmi Korut, yakni Republik Demokratik Rakyat Korea. KCNA tidak menyebut langsung nama Kim Jong-Un, melainkan menyebutnya sebagai 'pemimpin tertinggi DPRK'.
"Kelompok teroris mengerikan, yang disusupkan CIA dan IS ke DPRK demi persiapan diam-diam dan cermat untuk melakukan terorisme yang disponsori negara terhadap pemimpin tertinggi DPRK dengan menggunakan zat biokimia, telah terdeteksi baru-baru ini," sebut KCNA.
Belum ada komentar resmi dari otoritas AS dan Korsel terkait tudingan ini. Namun diketahui bahwa Direktur CIA Mike Pompeo akan berkunjung ke Korsel pekan ini dan bertemu dengan pimpinan intelijen Korsel atau NIS untuk berdiskusi.
Baca juga: AS Pertimbangkan Masukkan Korut ke Daftar Sponsor Terorisme
KCNA menyebut dua badan intelijen itu sama-sama 'berideologi jahat'. Disebutkan KCNA bahwa intelijen AS dan Korsel menyuap seorang warga Korut bermarga Kim. "Mengubahnya menjadi seorang teroris penuh kebencian dan dendam terhadap pemimpin tertinggi DPRK," sebutnya.
"Mereka merancang rencana yang membiarkan manusia sampah Kim melakukan terorisme bom menargetkan pemimpin tertinggi selama acara di Istana Matahari Kumsusan dan saat parade militer maupun acara publik setelah kepulangannya ke rumah," terang KCNA.
"Mereka memberitahunya (Kim) bahwa penggunaan material biokimia termasuk zat radioaktif dan zat beracun merupakan metode terbaik yang tidak membutuhkan akses ke target, hasilnya yang mematikan akan terlihat setelah 6 atau 12 bulan. Kemudian mereka memberikan US$ 20 ribu pada dua kesempatan dan sebuah alat penerima transmisi satelit," imbuh KCNA.
Baca juga: Menlu AS Minta ASEAN Putus Aliran Dana ke Korut
KCNA menjelaskan secara rinci dan panjang soal rencana serangan ini dalam artikelnya. "Penjahat tidak akan pernah menyadari bahwa angan-angan semacam ini tidak akan bisa berhasil," tandas KCNA.
(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini