Seperti dilansir AFP, Kamis (20/4/2017), pernyataan yang dirancang oleh AS itu intinya meminta Korut untuk 'tidak melakukan uji coba nuklir di masa mendatang' dan menghentikan peluncuran rudal, setelah gagal menggelar uji coba rudal pada Minggu (16/4) waktu setempat.
Dituturkan para diplomat DK PBB, otoritas Rusia ingin memasukkan pernyataan sebelumnya yang menekankan perlunya mencapai solusi melalui dialog, ke dalam pernyataan terbaru itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bulan lalu, DK PBB sepakat dalam mengecam uji coba tiga rudal Korut dan menyatakan kekhawatiran serius terhadap 'perilaku destabilisasi' Korut yang terus meningkat.
Dalam pernyataan terbaru yang disusun AS ini, DK PBB menyampaikan 'kekhawatiran terbesar' mereka terhadap Korut. Sekali lagi, DK PBB mengancam akan 'mengambil langkah signifikan di masa depan'.
Sejumlah diplomat PBB tampaknya terkejut saat mengetahui Rusia memblokir pengecaman itu. Sebabnya, China yang merupakan satu-satunya sekutu Korut telah menyatakan dukungannya.
Baca juga: China Kritik Korut dan Puji AS Soal Isu Nuklir
Perbedaan pendapat dari Rusia ini terjadi menjelang rapat tingkat menteri pada DK PBB, pekan depan, yang secara khusus membahas Korut. Rapat itu akan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, secara terpisah menekankan bahwa tanggung jawab ada pada Korut untuk mencegah perluasan konflik. "Ini penting bahwa Korea Utara tahu kami tidak ingin bertikai, jadi jangan picu pertikaian. Kami telah menyatakannya sejelas mungkin. Bola ada di lapangan mereka. Mereka tidak seharusnya berusaha untuk bermain-main pada momen ini," tegas Haley.
(nvc/ita)