"Kepada kantor berita Amaq, sumber keamanan (ISIS) menyangkal ada korban tewas atau korban luka dari serangan Amerika di Nangarhar menggunakan GBU-43/B kemarin (13/4)," demikian pernyataan kantor berita Amaq yang merupakan kantor berita ISIS, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/4/2017).
Bom bernama GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast (MOAB), yang juga dijuluki 'Induk dari Segala Bom' ini, dijatuhkan militer AS pada Kamis (13/4) malam di kawasan pegunungan Nangarhar yang disebut menjadi persembunyian ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom seberat 9.797 kilogram itu dijatuhkan militer AS di lokasi yang diyakini menjadi jaringan terowongan bawah tanah ISIS. Terowongan bawah tanah itu disinyalir kerap digunakan ISIS untuk menyerang pasukan pemerintah Afghanistan.
Seorang pejabat Afghanistan menyatakan serangan AS itu menewaskan 36 terduga militan ISIS.
Foto citra satelit sebelum dan setelah serangan bom AS di Afghanistan Foto: U.S. Department of Defense/Handout via REUTERS |
Secara terpisah, seorang pejabat AS yang mengawasi serangan itu, seperti dilansir Reuters, menyatakan sulit untuk memperkirakan jumlah militan ISIS yang bersembunyi di dalam kompleks bawah tanah itu. Namun dia menyatakan, jumlah korban tewas akibat serangan bom itu akan 'signifikan'.
Dalam keterangannya, seperti dilansir CNN, para pejabat Afghanistan dan AS mengklaim serangan bom itu menghancurkan tiga terowongan bawah tanah juga persediaan senjata dan amunisi ISIS. Kedua negara menegaskan tidak ada korban sipil dalam serangan itu. Otoritas Afghanistan menyebut serangan AS itu telah dikoordinasikan dengan pemerintah setempat, terutama agar tak ada korban yang jatuh dari kalangan warga sipil.
Baca juga: Mengenal GBU-43 'Induk Segala Bom' yang Dijatuhkan AS di Afganistan
Keputusan AS menggunakan bom GBU-43/B ini memicu kritikan. Muncul pertanyaan soal apakah dirasa memang perlu bagi AS untuk menggunakan bom berdaya ledak kuat itu untuk menargetkan ISIS. Komandan pasukan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, menegaskan perlunya penggunaan bom itu.
"Ini merupakan senjata yang tepat terhadap target yang benar," tegas Nicholson dalam konferensi pers seperti dilansir CNN.
"Ini merupakan saat yang tepat untuk menggunakannya secara taktis terhadap target yang benar di medan pertempuran," imbuhnya.
(nvc/try)












































Foto citra satelit sebelum dan setelah serangan bom AS di Afghanistan Foto: U.S. Department of Defense/Handout via REUTERS