Berbicara kepada wartawan ABC News, Martha Raddatz, seperti dilansir news.com.au, Selasa (4/4/2017), Carter menyatakan keyakinannya bahwa serangan awal (pre-emptive) terhadap Korut, bisa mendorong upaya pemimpin Korut, Kim Jong-Un untuk menginvasi Korea Selatan (Korsel).
Carter meyakini AS akan menang dalam perang dengan Korut. Namun, Carter memprediksi, perang itu akan berlangsung sangat keras dan intens. "Sangat mungkin bahwa perang itu akan demikian, sebagai konsekuensi dari peluncuran ... upaya invasi Korea Selatan," ujar Carter kepada Raddatz.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Trump Akan 'Bereskan' Perkara Nuklir Korut Tanpa Dukungan China
"Tapi Martha, saya perlu memperingatkan Anda, bahwa perang ini akan memiliki intensitas kekerasan yang belum pernah kita saksikan sejak Perang Korea," kata Carter merujuk pada perang yang berlangsung tahun 1950-1953 silam.
Carter yang ahli ilmu fisika dan mantan profesor Ilmu Pengetahuan dan Hubungan Internasional di Harvard University ini, juga menyerukan agar selalu waspada dalam setiap pendekatan yang diambil terhadap Korut.
"Seoul (ibu kota Korsel) ada di sana, di perbatasan DMZ (garis demarkasi), jadi meskipun hasilnya sudah jelas, ini tetap akan menjadi perang yang sangat menghancurkan. Jadi sangat perlu berhati-hati," imbaunya.
Ditambahkan Carter bahwa, Obama dan pemerintahan sebelumnya meminta China untuk lebih menekan Korut dalam mengakhiri program nuklirnya. Namun, lanjut Carter, China enggan untuk melakukan hal itu karena akan memicu perang atau jika Korut hancur dan kedua Korea bersatu, China akan kehilangan sekutu.
Baca juga: Korut Akan Kembali Lakukan Uji Coba Nuklir pada April
Sementara itu, Presiden Donald Trump sebelumnya menyatakan, AS bersiap melakukan aksi sepihak terhadap program nuklir Korut jika China menolak. "Jika China tidak menangani Korea Utara, kita yang akan menanganinya. Itu yang bisa saya katakan kepada Anda," ucap Trump dalam wawancara dengan Financial Times of London.
Pekan ini, Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di resor Mar-a-Lago di Florida, AS, untuk pertama kalinya. Kata-kata keras Trump tersebut akan diuji dalam pertemuan itu, apakah dia akan konsisten atau tidak.
(nvc/ita)











































