"Sungguh mengejutkan. Saya tidak pernah membayangkan betapa sulitnya mendapat visa Amerika Serikat. Saya telah mendapatkannya, tapi sekarang ini tidak berharga lagi," tutur pemuda berusia 25 tahun asal Damaskus ini yang namanya disamarkan, seperti dilansir AFP, Selasa (31/1/2017).
Perintah eksekutif Trump yang ditandatangani pada Jumat (27/1) waktu setempat, menangguhkan sementara penerimaan pengungsi untuk 120 hari ke depan dan melarang warga dari tujuh negara mayoritas muslim masuk ke AS untuk 90 hari ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi pengungsi asal Suriah, penangguhan berlaku hingga waktu yang belum ditetapkan. Tujuh negara yang dilarang masuk AS antara lain Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.
Adel yang lulusan jurusan hukum ini, membutuhkan waktu setahun via wawancara telepon dan lima kali kunjungan ke Kedutaan Besar AS di Libanon, negara tetangga Suriah, demi mendapatkan visa AS setelah istrinya, Lamia, mengirimkan undangan resmi kepadanya agar bisa pergi ke AS.
Kedubes AS di Suriah tutup setelah konflik Suriah pecah tahun 2011 lalu. Konflik tak berkesudahan itu telah merenggut 310 ribu nyawa.
Baca juga: Tokoh Muslim AS Gugat Trump Terkait Kebijakan Imigrasi
Dua pekan lalu, Adel berhasil mendapatkan visa AS dan dia berencana terbang ke AS untuk berkumpul kembali dengan istrinya. Keduanya menikah setahun lalu di Suriah, sebelum pindah ke AS. Lamia yang berusia 22 tahun tinggal sendirian di New York setelah ayahnya yang warga AS berpisah dengan ibunya yang warga Suriah.
"Saya bingung, kaki saya seharusnya sudah menyentuh tanah impian saya dalam beberapa hari lagi, tapi sekarang saya masih di sini (Suriah-red)," ucap Adel.
Adel terus mengikuti perkembangan berita setiap hari dan berharap perintah eksekutif Trump itu dibatalkan. Dia berbicara via telepon dengan istrinya, setiap hari. "Istri saya yang lebih depresi. Sepanjang tahun penuh usaha dan penantian dan sekarang kami bahkan tidak akan bertemu. Jarak di antara kami semakin besar," tandasnya.
(nvc/fdn)