Kemenangan Donald Trump Jadi Propaganda Militan dalam Merekrut Anggota Baru

Kemenangan Donald Trump Jadi Propaganda Militan dalam Merekrut Anggota Baru

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 15 Nov 2016 14:36 WIB
Donald Trump (REUTERS/Andrew Kelly)
Kabul - Mulai dari Afghanistan hingga Aljazair, berbagai kelompok militan akan memanfaatkan kemenangan Donald Trump sebagai propaganda untuk merekrut anggota baru. Retorika anti-muslim yang dilontarkan Trump semasa kampanye dijadikan 'senjata' baru.

Para komandan Taliban dan pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menyebut retorika anti-muslim, yang salah satunya menyerukan larangan warga muslim masuk ke AS, akan menyempurnakan upaya rekrutmen mereka terutama untuk kaum muda di negara-negara Barat.

"Pria ini sungguh-sungguh maniak. Kebenciannya yang besar terhadap muslim akan membuat pekerjaan kami lebih mudah karena kami bisa merekrut ribuan orang," tutur salah satu komandan tinggi ISIS di Afghanistan, Abu Omar Khorasani, kepada Reuters, Selasa (15/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Trump dan Putin Berbicara Via Telepon Bahas Normalisasi Hubungan AS-Rusia

Selama kampanye dalam beberapa bulan terakhir, Trump selalu berbicara keras soal kelompok militan. Dia bahkan berjanji akan menghancurkan terorisme.

"Mengalahkan terorisme Islam radikal sama seperti kita memenangkan Perang Dingin," sebut Trump dalam kampanye beberapa waktu lalu.

Beberapa waktu kemudian, Trump sedikit melunak dengan menyebut larangan itu hanya bersifat sementara demi membatasi imigran dari negara-negara yang memiliki rekam jejak 'mengekspor' terorisme.

Namun Trump tidak menjelaskan secara detail rencananya dalam melawan berbagai kelompok radikal seperti ISIS, Taliban, dan Al-Qaeda. "Dia tidak membedakan antara ekstremis dan tren Islam moderat, dan pada saat yang sama, dia mengabaikan (fakta) bahwa ekstremisme dirinya sendiri akan memicu ekstremisme lain," sebut ulama Syiah berpengaruh di Irak, Moqtada al-Sadr, dalam pernyataannya.

Baca juga: Obama: Donald Trump Akan Mulai Menyadari Kenyataan Saat Menjabat

Berbagai serangan teror yang terinspirasi ISIS, telah melanda AS. Salah satunya penembakan brutal di kelab malam gay di Orlando pada Juni lalu, yang menewaskan 49 orang dan juga penembakan di San Bernardino, California yang menewaskan 14 orang pada Desember tahun lalu.

"Pemimpin-pemimpin kami memperhatikan dengan saksama pilpres AS, tapi tidak mengira warga Amerika akan menggali makam mereka sendiri dan mereka telah melakukannya," ucap Khorasani merujuk pada pemimpin-pemimpin ISIS.

Seorang komandan senior Taliban di Afghanistan menyebut Taliban melacak dan memperhatikan seluruh pidato dan komentar anti-muslim yang dilontarkan Trump. "Jika dia melakukan apa yang dia lontarkan dalam kampanye pilpresnya, saya yakin itu akan memprovokasi umat muslim di seluruh dunia dan kelompok jihad bisa mengeksploitasinya," ucap komandan senior Taliban yang tidak bisa menyebut identitasnnya.

Baca juga: Donald Trump Tawarkan Hadiah pada Wartawan untuk Pemberitaan Positif

Sedangkan Al-Qaeda belum mengomentari langsung kemenangan Trump dalam pilpres. Kelompok ini disinyalir menunggu pidato pertama Trump usai dilantik menjadi presiden AS pada 20 Januari 2017 dan akan mengeksploitasi komentarnya untuk meraup dukungan.

"Al-Qaeda dikenal atas strategi rekrutmen yang mengutip besar-besaran pidato Gedung Putih dan pejabat negara Barat lainnya," terang Hisham al-Hashemi yang menjadi penasihat pemerintah Irak untuk pergerakan militan Sunni.

(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads