Seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (3/11/2016), polling terbaru New York Times/CBS menunjukkan Hillary meraup 45 persen suara melawan Trump dengan 42 persen suara. Selisih suara keduanya mencapai 3 persen suara, menurun dari beberapa minggu sebelumnya yang pernah mencapai 9 persen.
Dalam polling New York Times/CBS itu, terungkap hanya sedikit pemilih yang mengaku akan mengubah pilihan mereka dalam menit-menit terakhir. Sekitar 92 persen responden lainnya tegas menyatakan telah mantap dengan pilihan masing-masing untuk pilpres 8 November mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai skandal yang menyeret kedua capres tampaknya tidak banyak berpengaruh. Sebanyak 6 dari 10 calon pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya menyatakan, tudingan pelecehan wanita terhadap Trump hanya berdampak kecil pada pilihan mereka.
Sedangkan kalangan pemilih lain menyatakan tidak terpengaruh oleh kembali mencuatnya skandal email Hillary. Sekitar 62 persen pemilih menyatakan pengungkapan skandal email Hillary itu tidak banyak berdampak.
Polling itu digelar pada 28 Oktober hingga 1 November terhadap 1.333 pemilih terdaftar. Margin of error polling ini mencapai sekitar 3 persen.
Baca juga: Trump Serukan Pemilih Awal yang Dukung Hillary Ubah Pilihannya
Satu polling lainnya, yakni polling ABC News/Washington Post menunjukkan selisih tipis 2 persen antara kedua capres. Hillary meraup 47 persen suara melawan Trump dengan 45 persen suara dalam polling terbaru ABC News/Washington Post.
Polling ABC News/Washington Post ini juga memasukkan dua kandidat alternatif, yang masing-masing memperoleh 3 persen dukungan untuk kandidat Partai Libertarian Gary Johnson dan 2 persen dukungan untuk kandidat Partai Hijau Jill Stein.
Polling ini dilakukan terhadap 1.767 calon pemilih pada 29 Oktober hingga 1 November. Margin or error polling ABC News/Washington Post ini juga memiliki margin of error 3 persen.
Baca juga: 22 Juta Pemilih AS Telah Memilih Lebih Awal
Trump sempat unggul 1 persen atas Hillary dalam polling ABC News/Washington Post yang digelar pada 27-30 Oktober. Saat itu, Trump unggul dengan 46 persen dukungan, sedangkan Hillary dengan 45 persen dukungan. Polling itu memasukkan periode saat Direktur FBI James Comey mengumumkan pengkajian ulang temuan baru terkait kasus email Hillary.
(nvc/dha)