Disampaikan Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Selasa (23/8/2016), bahwa kepolisian Prancis menangkap cukup banyak orang terkait jaringan teror sepanjang enam bulan pertama tahun 2016 ini. Namun Cazaneuve tidak menjelaskan lebih lanjut soal tersangka lainnya.
Baca juga: Pria Yahudi Ditikam di Prancis, Pelaku Ditangkap
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Remaja itu menyebarkan sejumlah pesan propaganda Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang menyerukan serangan," sebut penyidik Prancis, yang menambahkan bahwa remaja itu juga menyatakan keinginan pribadinya untuk merealisasi rencana serangan itu.
Cazeneuve dan mitranya, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere, pada Selasa (23/8), meminta Komisi Eropa untuk mempertimbangkan langkah hukum terhadap operator layanan pesan terenkripsi seperti Telegram. Layanan pesan terenkripsi semacam itu sudah untuk dilacak intelijen.
Baca juga: Warga Jerman Diimbau Simpan Cadangan Makanan Hadapi Potensi Aksi Teror
Sementara itu, tersangka lainnya yang berusia 19 tahun dari Nice, pada Selasa (23/8), dijatuhi vonis 3 tahun penjara atas dakwaan mempromosikan terorisme. Tersangka yang tidak disebut namanya itu kerap mengunjungi lokasi-lokasi militan dan memposting foto serta komentar memuakkan.
Otoritas keamanan Prancis berjibaku untuk mencegah serangan teror di masa mendatang, setelah dua serangan mengguncang negara itu pada Juli lalu. Pada 14 Juli, seorang pria Tunisia berusia 31 tahun menabrakkan truk seberat 19 ton ke arah kerumunan orang yang merayakan Bastille Day di Nice. Aksi itu menewaskan 86 orang dan melukai lebih dari 400 orang.
Sedangkan pada 26 Juli lalu, dua pemuda berusia 19 tahun menyerbu sebuah gereja Katolik di kota Saint-Etienne-du-Rouvray dan menggorok leher seorang pastur.
(nvc/nwk)