Pihak pertama adalah perusahaan eksplorasi yang berbasis di Adelaide, Australia, GeoResonance. GeoResonance memakai teknologinya yang selama ini bergerak di bidang eksplorasi.
"Teknologi yang kami gunakan pada dasarnya didesain untuk menemukan hulu ledak nuklir, kapal selam. Tim kami di Ukraina memutuskan kami harus mencoba dan menolong," kata pejabat di GeoResonance, David Pope, seperti dilansir 7News, Selasa (29/4/2014).
Perusahaannya melakukan survei pada radius 2 juta km persegi dari kemungkinan lokasi kecelakaan, menggunakan gambar dari satelit dan pesawat dan melibatkan lebih dari 20 teknologi. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat di Teluk Benggala. Lokasi itu terletak 5 ribu km dari lokasi pencarian internasional di lepas pantai Perth.
"Tim kami sangat terkejut dengan apa yang kami temukan, yang kami percaya adalah puing dari pesawat komersial itu," imbuh Pope.
GeoResonance melakukan pemindaian unsur-unsur logam di dasar laut. "Kami mengidentifikasi elemen kimia dan material yang bisa jadi itu adalah pesawat Boeing 777. Material itu adalah aluminium, titanium, besi dan material lainnya," kata pejabat GeoResonance lain, Pavel Kursa.
Laporan awal dugaan penemuan ini sudah dikirimkan GeoResonance saat baterai black box sisa 2 pekan. Tim dari GeoResonance juga memverifikasi temuan itu dengan membandingkan analisa citra di area yang sama pada 5 Maret, 3 hari sebelum pesawat hilang.
GeoResonance mengirimkan laporan lengkap pada 15 April 2014. "Kami tidak mengatakan itu lokasi pasti MH370, namun kami merasa bahwa temuan ini seharusnya bisa ditindaklanjuti," imbuh Pope.
Sedangkan pihak lain yang menduga lokasi MH370 adalah seorang pilot dari Amerika Serikat, Michael Hoebel (60). Hoebel menghasilkan dugaan lokasi MH370 itu melalui situs crowd sourcing TomNod. Michael yang warga New York ini menghabiskan waktu berjam-jam menjaring ribuan gambar yang dirilis ke publik di situs TomNod.
Dia menangkap puing yang mengambang di bawah air di timur laut Malaysia atau barat Songkhla, Thailand. Dalam Google Maps, lokasi itu terletak di sekitar Selat Malaka atau Laut Andaman.
"Saya terkejut karena saya tidak bisa percaya aku akan menemukan ini," katanya kepada WIVB, seperti dikutip detikcom, Selasa (29/4/2014).
Dia menjelaskan gambar yang diduga MH30 itu, "Bagian yang lebih terang ini adalah di mana sayap menempel ke badan pesawat - Anda melihat bahwa bagian yang lebih terang [di sini dalam gambar]."
Ketika ditanya mungkin gambar itu bisa jadi ikan hiu, dia menjawab, "Itu hiu 210 kaki (64 meter)."
Hoebel sudah melaporkan ini kepada FBI dan NTSB. Namun, laporan Hoebel dan GeoResonance belum mendapatkan respons dari otoritas yang terlibat pencarian MH370.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini