×
Ad

Hari Tanah Sedunia 5 Desember 2025: Tema dan Cara Merayakan

Widhia Arum Wibawana - detikNews
Jumat, 05 Des 2025 13:07 WIB
Ilustrasi tanah (Foto: iStock)
Jakarta -

Setiap tanggal 5 Desember, masyarakat dunia memperingati Hari Tanah Sedunia atau World Soil Day (WSD). Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap signifikansi kesehatan tanah dan pentingnya pengelolaan sumber daya tanah yang berkelanjutan.

Momentum ini merupakan kesempatan krusial untuk mengampanyekan konservasi tanah di berbagai sektor. Tanah, sumber daya alam yang sering terlupakan namun esensial bagi kelangsungan hidup, kembali menjadi sorotan penting global.

Lantas, apa tema spesifik yang diangkat pada perayaan Hari Tanah Sedunia 2025 ini? Dan bagaimana kita sebagai individu dapat turut merayakan serta berkontribusi nyata dalam menjaga kesehatan tanah? Simak informasi lengkapnya.

Tema 2025: "Healthy Soils for Healthy Cities"

Setiap tahun, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization atau FAO) menetapkan tema spesifik untuk menyoroti aspek konservasi yang berbeda. Dilansir dari laman resmi FAO, tema Hari Tanah Sedunia 2025 adalah "Healthy Soils for Healthy Cities" atau "Tanah Sehat untuk Kota Sehat".

Hari Tanah Sedunia 2025 (Foto: Dok. FAO)

Tema ini menekankan peran vital tanah dalam menyediakan jasa ekosistem penting, khususnya di lingkungan perkotaan dan sekitarnya. Kesehatan tanah memiliki korelasi langsung dengan kualitas hidup masyarakat kota, mulai dari penyediaan pangan, filtrasi air, hingga mitigasi perubahan iklim. Dengan pesatnya laju urbanisasi, menjaga ruang hijau dan tanah di perkotaan menjadi semakin penting untuk menjamin keberlanjutan kota-kota tersebut. FAO menyerukan kolaborasi untuk memelihara dan memulihkan tanah perkotaan dan peri-perkotaan.

Latar Belakang Peringatan Setiap 5 Desember

Penetapan tanggal 5 Desember sebagai Hari Tanah Sedunia didorong oleh kekhawatiran global terhadap degradasi tanah. Merujuk pada situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ide peringatan ini pertama kali diprakarsai oleh International Union of Soil Sciences (IUSS) pada tahun 2002.

Tanggal 5 Desember secara resmi diakui dan didukung oleh Konferensi FAO pada Juni 2013. Kemudian, melalui resolusi A/RES/68/232 pada Desember 2013, Majelis Umum PBB mendeklarasikannya sebagai World Soil Day atau Hari Tanah Sedunia.

Pemilihan tanggal 5 Desember juga bertepatan dengan tanggal lahir Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand, yang merupakan salah satu pendorong utama inisiatif global ini. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran global akan peran tanah dan mendesak praktik pengelolaan tanah yang berkelanjutan.

Cara Merayakan dan Kontribusi Menjaga Tanah

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan masyarakat, mulai dari level individu hingga komunitas, untuk berpartisipasi dalam Hari Tanah Sedunia dan pada kesehatan tanah. FAO memuat beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Praktikkan Kompos di Rumah
    Ubah sisa makanan atau sampah organik menjadi kompos. Kompos adalah 'makanan' terbaik bagi tanah karena meningkatkan struktur, retensi air, dan kandungan nutrisi tanah.
  • Dukung Pertanian Berkelanjutan Lokal
    Beli produk dari petani lokal yang menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti tanpa olah tanah atau rotasi tanaman. Ini membantu menjaga struktur tanah dan mengurangi erosi.
  • Aktivitas Penghijauan
    Berpartisipasi dalam kegiatan menanam pohon atau vegetasi lain, terutama di lahan kosong. Akar tanaman berperan penting dalam mengikat dan melindungi lapisan atas tanah.
  • Tingkatkan Kesadaran Komunitas
    Selenggarakan sesi informasi, lokakarya, atau kampanye media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan tanah, khususnya yang terkait dengan isu perkotaan.

Peringatan Hari Tanah Sedunia pada 5 Desember 2025 ini diharapkan memicu aksi nyata. Kesehatan tanah adalah investasi jangka panjang untuk masa depan lingkungan dan ketahanan hidup manusia, terutama di tengah tantangan urbanisasi yang terus meningkat.

Simak juga Video: Kenapa Harus Peduli untuk Mengembalikan Ekosistem Awal?




(wia/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork