Jakarta - Diiringi irama gamelan yang sesekali menghentak, tangan-tangan kecil milik Stanza (11) tampak lincah memainkan wayang kulit. Cengkok yang keluar dari mulutnya pun tidak kalah hebat dengan orang dewasa.Siapa nyana, bocah kelas VI SDN 03 Pagi Cilandak Timur yang baru menekuni dunia perwayangan 1 tahun 8 bulan itu penyandang autis.Stanza memperlihatkan kebolehannya di Wijaya Festival yang digelar di Jalan Wijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (1/9/2007). Dia didampingi tiga dalang cilik lainnya. Lakon yang mereka mainkan bertema "Wahyu Makutoromo". Meski autis, permainan wayang Stanza benar-benar memukau dan melebihi tiga temannya yang normal.Anak kedua pasangan Yulia dan Yusrizal itu pertama kali jatuh cinta dengan wayang saat melihat tokoh wayang Gatotkaca di sebuah sinetron televisi.Dia lalu menuturkan keinginannya menjadi Gatotkaca kepada ibunya, Yulia (40). "Tapi saya bilanm, itu adanya cuma di dunia wayang," ujar Yulia kepada
detikcom.Stanza tidak kecewa, dia malah semakin tertarik mengejar minatnya dengan tokoh itu. Dia lalu minta dibelikan wayang-wayangan. "Dia akhirnya menyukai wayang. Saya melihat barangkali di bidang itulah minat dan potensi anak saya. Karena itu dia saya sekolahkan wayang di TMII," tutur Yulia.Dugaan Yulia terbukti, Stanza menunjukkan kemajuan yang sangat pesat hanya dalam tempo hari."Anak autis itu cepat menangkap, cerdas dan mudah memahami. Dalam 4 hari, 312 nama tokoh wayang berikut silsilahnya dia sudah hafal," cerita Yulia.Padahal, imbuh Yulia, di keluarga besarnya tidak ada yang keturunan dalang. Yulia sendiri berasal dari Magelang, sedangkan ayah Stanza, Yusrizal berasal dari Padang, Sumatera Barat."Saya sendiri nggak ngerti wayang. Bahkan saya tidak suka sama sekali dengan wayang," ungkap Yusrizal yang mendampingi Yulia.Setelah melihat kemampuan anaknya, Yulia dan Yusrizal kemudian memasukkan Stanza ke Sanggar Pedalangan Wayang Kulit Sumbang Budoyo di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Stanza dididik oleh Sumiran pimpinan sanggar itu. Yang mengejutkan selama 1 tahun 8 bulan belajar di sanggar itu, autis yang diderita Stanza berangsur-angsur berkurang."Jadi di sana itu Stanza juga diterapi dengan wayang. Dia sampai nginap di situ, padahal seumur-umur belum pernah nginap di luar," ujarnya.Sebagai dalang cilik, jam terbang Stanza lumayan banyak. Dalam perdalangan, dia mendapat julukan Ki Kuncir. Julukan itu pertama kali diberikan oleh pakdenya."Waktu itu setelah diruwat, pakdenya ngomong Stanza akan pentas di depan orang besar, jadi diberi julukan Ki Kucir. Setelah itu ternyata Stanza pentas di depan Presiden SBY pada perayaan Hari Anak Nasional pada 2006 lalu," bebernya.
(umi/mar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini