Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, mewanti-wanti adanya ancaman bibit siklon yang bisa berkembang jadi siklon tropis di perairan selatan wilayah Indonesia. Situasi ini bisa berdampak pada curah hujan yang tinggi hingga bencana hidrometeorologi.
Hal itu disampaikan Teuku Faisal dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025). Teuku mengatakan potensi ancaman bibit siklon itu bisa berdampak ke wilayah Bengkulu, selatan Pulau Jawa, Sumatera bagian selatan, Bali, NTT, hingga Papua Selatan.
"Kemudian ini slide terpenting yang perlu saya sampaikan hari ini, bahwa periode pada November sampai Februari nanti, ini sekarang kita masuk Desember, bahwa ada ancaman terjadinya atau terbangkitnya bibit siklon di perairan selatan dari Indonesia," ujar Teuku dalam rapat di DPR.
"Mulai dari Bengkulu, kemudian Sumatera bagian selatan, di selatan Pulau Jawa, kemudian Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua Tengah dan Papua Selatan," sambungnya.
Teuku lantas memetakan potensi daerah rawan bibit siklon yang bisa berkembang menjadi siklon tropis. Ia menyertakan sejumlah siklon tropis yang pernah terjadi di RI.
"Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi," ungkap Teuku.
Teuku mengatakan Siklon Tropis Senyar yang menjadi penyebab banjir di Sumatera sempat terjadi pada 2001. Ia menyebut harus ada kesiapan RI untuk menghadapi bibit siklon ke depannya.
"Ini sekadar gambaran Bapak Ibu sekalian. Yang paling kiri itu adalah Siklon Tropis Cempaka di perairan selatan Jawa di Yogyakarta, tahun 2017. Ini kategori satu. Kemudian, pada 2021 itu Siklon Tropis Seroja di perairan NTT," kata Teuku.
"Dan kemudian kita menghadapi lagi di tahun 2025 yang tadinya di daerah utara terjadinya 24 tahun yang lalu ya, pada tahun 2001, ini terjadi lagi Siklon Senyar di Selat Malaka. Ini untuk yang Cempaka dan Senyar ini kategori satu, yang kategori dua adalah Siklon Tropis Seroja," tambahnya.
Ia mengatakan puncak hujan RI terjadi di Januari dan Februari. Lantaran bencana yang terjadi di Sumatera, BMKG meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan.
"Bahwa ketika sekarang bulan Desember, Januari, Februari karena puncak musim hujan masih di bulan Januari dan Februari, maka kewaspadaan perlu kita tingkatkan. Kemungkinan bibit siklon itu dapat terjadi sekarang di perairan selatan dari Indonesia. Ini yang perlu kita cermati bersama," imbuhnya.
Simak juga Video: BMKG Peringatkan Dampak Cuaca Ekstrem di Wilayah Timur Indonesia
(dwr/maa)