BMKG soal Banjir Bandang Sumatera: Curah Hujan 1 Bulan, Tumpah dalam Sehari

Duka dari Utara Sumatera

BMKG soal Banjir Bandang Sumatera: Curah Hujan 1 Bulan, Tumpah dalam Sehari

Dwi Rahmawati - detikNews
Senin, 01 Des 2025 16:24 WIB
Foto udara dampak banjir bandang yang melanda pemukiman penduduk di Jalan Murai, Sibolga, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). Berdasarkan data dari Polda Sumatera Utara jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sibolga hingga Minggu (30/11) pukul 09:00 WIB sebanyak 32 jiwa dan 65 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian. ANTARA FOTO/Muhammad Irsal
Dampak banjir bandang yang melanda pemukiman penduduk di Jalan Murai, Sibolga. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Irsal)
Jakarta -

Komisi V DPR RI menggelar Rapat Kerja dengan Kepala Basarnas hingga Kepala BMKG hari ini membahas bencana di utara Pulau Sumatera. Ketua Komisi V DPR RI Lasarus mengatakan bencana di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat anomali lantaran hujan satu bulan turun dalam waktu sehari.

"Paling tidak Basarnas bisa menyampaikan sejauh mana upaya operasi pencarian yang dilakukan, terutama untuk 300 lebih korban yang masih belum ditemukan sampai hari ini. Demikian juga BMKG nanti juga turun disampaikan Pak ya. Ini fenomena apa ini?" kata Lasarus dalam dalam rapat di DPR, Senin (1/12/2025).

Lasarus menilai bencana di utara Pulau Sumatera anomali. Dia menyoroti jumlah korban yang masif dari bencana tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sering Pak kita mengalami banjir, tanah longsor. Tapi, menurut saya kejadian kali ini di Aceh, kemudian di Sumut, dan di Sumatera Barat ini menurut saya ini anomali Pak," kata Lasarus.

"Anomali masuk kategori kejadian yang luar biasa, dengan korban 700 hampir 800 orang yang meninggal plus yang masih hilang, sampai hari ini," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Politikus PDIP ini meminta penjelasan kepada BMKG soal fenomena bencana di utara Pulau Sumatera. Di momen ini Lasarus dan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani sempat berdiskusi soal hujan sebulan yang turun dalam waktu satu hari di bencana Sumatera.

"Demikian juga BMKG Pak, kami minta informasi terkini. Saya yakin Pak, masyarakat pasti tidak monitor ini bahwa ada siklon tropis yang terperangkap di apa namanya di atas Sumatera ini sehingga hujan tumpah di situ semua. Tadi Kepala BMKG sempat menyampaikan kepada saya, itu hujan untuk satu tahun Pak ya?" tanya Lasarus.

"Satu bulan," jawab Teuku.

"Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu bulan tumpah dalam satu hari. Nah ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini sehingga masyarakat ada kewaspadaan," kata Lasarus.

Ia meminta Basarnas dan BMKG tak hanya memberikan informasi kepada masyarakat. Lasarus mengatakan semestinya dua lembaga ini bisa mengantisipasi sebelum kejadian semakin parah.

"Namanya penanggulangan ini harusnya bukan hanya menanggulangi setelah terjadi bencana Pak, harusnya juga teman-teman di sana bekerja, melakukan pekerjaan bagaimana supaya bencana itu tidak terjadi di lokasi itu," kata Lasarus.

"Ditanggulangi lebih dini gitu lah, antisipasi, ya mengantisipasi dini ini juga bagian dari menanggulangi Pak sebelum terjadi bencana," imbuhnya.

BMKG Jelaskan Anomali Hujan di Sumatera

Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani kemudian menerangkan soal hujan ekstrem yang melanda sejak 25-27 November. Dia mengatakan volume curah hujan yang turun sama dengan hujan bulanan yang tumpah dalam satu hari.

"Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya," ucapnya.

"Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya," sambungnya.

Dia juga menyampaikan hujan yang terjadi di wilayah Sumut. Berdasarkan catatan BMKG, volume hujan di Langkat 390 mm per hari.

"Kemudian ini di Sumatera Barat. Jadi yang memang kata kuncinya adalah siklon tropis ini bukan bencana yang lazim terjadi di daerah tropis, tapi inilah kejadian yang kita hadapi sekarang. Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPB dan Basarnas itu mendapat arahan, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal," jelasnya.

Dia juga mengatakan adanya ancaman bibit siklon di perairan selatan Indonesia pada priode November hingga Februari. Wilayah yang perlu waspada yakni Bengkulu, Sumatera bagian selatan, selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua Tengah dan Papua Selatan.

"Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi," ucapnya.

Tonton juga video "BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Ekstrem di Aceh dan Sumatera Utara"

(dwr/idn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads