Bhabinkamtibmas Polsek Muara Uya, Polres Tabalong, Polda Kalimantan Selatan, Aiptu Fery Hermawan, hadir untuk warga binaannya guna meningkatkan perekonomian desa. Aiptu Fery mengajak warga beternak kambing hingga membina petani kopi agar hasil panen maksimal.
Aiptu Fery diusulkan untuk Hoegeng Corner 2025 atas dedikasinya tersebut. Aiptu Fery menjadi Bhabin di tiga desa, yakni Desa Binjau, Desa Uwie, Desa Santuun.
Aiptu Fery mulanya menjadi Bhabin di Desa Uwie sekitar 4 tahun yang lalu. Dia ingin membantu perekonomian warga. Aiptu Fery kemudian berdiskusi dengan kepala desa.
"Di desa kan ada anggaran ketahanan pangan, waktu itu kita koordinasi dengan kepala desa, ada memakai anggaran itu buat beternak kambing," ujar Aiptu Fery saat berbincang dengan detikcom, Kamis (13/11/2025).
Setelah musyawarah dilakukan, desa sepakat untuk membeli 20 kambing untuk dibagikan kepada warga. Aiptu Fery juga menggandeng pihak Dinas Peternakan agar program ini berjalan maksimal.
"Desa membeli kambing untuk kelompok atau per RT, habis itu nanti indukannya dipinjam pakai ke masyarakat. Habis itu, nanti kalau beranak, induknya dimiliki sama ketua kelompok atau yang pertama memelihara anaknya dikembalikan ke desa, kemudian dibagikan ke masyarakat lagi," ujar dia.
Program peternakan kambing ini sudah berjalan lebih dari 3 tahun. Aiptu Fery menyebut 80 persen warga Desa Uwie adalah peternak kambing.
"Jadi sekarang ada 300-400 an (kambing) yang sudah dilaksanakan masyarakat. Sekarang jadi percontohan tingkat kabupaten sama provinsi kemarin," ujar dia.
Setiap minggunya, sekitar 30-50 kambing akan dijual dari peternak di Desa Uwie. Bahkan kambing ini ada yang dipasok ke Kalimantan Timur.
"Alhamdulillah bisa nambah ekonomi masyarakat. Sudah sejak 3 tahun yang lalu. Sekarang ini dikembangkan lagi sama sapi," ujar dia.
Aiptu Fery mengatakan sebelum adanya program peternakan kambing ini, biasanya warga pergi ke hutan sebagai sumber penghasilan. Kini hampir setiap rumah warga memiliki peternakan kambing.
"Mengajak masyarakat untuk berubah untuk menambah ekonomi ini. Karena dulu kan masyarakat biasanya ke hutan, makanya kita ajak ternak kambing," ujar dia.
Kerajinan Peci dari Pelepah Pohon Pisang
Selain itu, Aiptu Fery mengajak warga memanfaatkan pelepah pisang untuk jadi kerajinan tas dan peci. Program ini sudah berjalan sejak 2 tahun yang lalu.
"Saya belajar sama perajin, sama guru-guru di tsanawiyah. Habis itu ajak masyarakat untuk tambahan ekonomi. Sekarang ada berapa perajin peci. Alhamdulillah satu peci bisa Rp 80-90 ribu harganya," ujar dia.
Sejauh ini ada empat warga yang membuat kerajinan ini. Bahan baku utama dari kerajinan ini adalah pelepah pohon pisang yang dikeringkan.
"Kita ambil pelepahnya yang sudah kering. Pohonnya tetap tumbuh, kita manfaatkan yang sudah kering. Kita jemur lagi, habis itu baru kita bentuk kalau sudah kering," jelasnya.
Satu perajin disebut bisa memproduksi 3-4 tas atau peci dalam sehari. Biasanya per bulan sebanyak 25-30 peci terjual dan dipesan.
Program 'Bedangsanak' Cegah Bullying Anak
Aiptu Fery mengatakan masalah bullying remaja menjadi salah hal yang rawan di Kecamatan Muara Uya. Dia membuat program 'Bedangsanak' sebagai upaya polisi mendekatkan diri enak anak-anak guna mencegah perundungan.
"Bedangsanak, bersaudara, seperti kita dianggap bersaudara, seperti kita dianggap saudara atau sahabat biar anak-anak nggak takut sama kita. Kadang anak-anak melihat polisi sejak kecil udah ditakut-takuti, misalnya 'kalau nggak makan ditangkap polisi', kita ingin mengubah stigma itu," ujar dia.
Aiptu Fery biasanya datang ke sekolah-sekolah hingga ke TPA untuk memberikan sosialisasi. Dia berupaya memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang bahaya bullying dan cara menghindarinya.
"Justru di daerah Uya itu rawan masalah bullying terutama di sekolahan. Habis itu kita melakukan sosialisasi dan penyuluhan sampai pendekatan secara kekeluargaan ke sekolah, alhamdulillah sekarang sudah berkurang," ujar dia.
Dalam program Bedangsanak ini, Aiptu Fery juga memberikan pendampingan hukum kepada warga. Salah satu contohnya ada mendampingi warga yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Kadang-kadang misalnya ada kasus KDRT kita mendampingi juga, kayak kemarin baru ada, mohon maaf, anak-anak dipukuli orang tuanya, kita dampingi, alhamdulillah sampai ke persidangan, itu sedang persidangan," tutur dia.
Bina Petani Kopi
Di Desa Santuun, Aiptu Fery membina petani kopi agar hasil panen lebih maksimal. Fery menyebut potensi kopi di Desa Santuun cukup bagus.
"Kemarin kita ajak masyarakat untuk mengembangkan kopi, karena dulu kan pernah tapi gagal, karena penjualannya sama promosinya kurang. Habis itu kita ajak sama-sama bekerja sama Dinas Pertanian dan Perhutanan di tingkat kabupaten untuk membantu pemasaran dan promosinya. Dan alhamdulillah sampai di Jakarta dan di-sample termasuk yang terbaik," kata Fery.
Aiptu Fery mengatakan perekonomian desa meningkat setelah pertanian kopi ini. Warga biasanya menjual kopi dalam bentuk buah yang baru dipetik, biji yang sudah kering hingga produk kopi yang sudah jadi.
"Sekarung sekitar 6 juta, ada yang 50 kg, ada yang 60 kg, tergantung jenis kopi, kan kopi yang masih mentah sudah dipetik, atau sudah dimasak, itu lain-lain harganya," ujar dia.
Fery mengatakan perkebunan kopi di tersebar di 4 RT di Desa Santuun. Warga mulai beralih dari kebun karet ke kebun kopi.
"Jadi masyarakat rata-rata sekarang menanam kopi karena harganya sudah tinggi dari pada karet, dulu kan karet, karena karet sekarang terserang jamur jadi getahnya kurang keluar jadi pindah ke kopi," pungkasnya.
Simak Video "Video: Aipda Santho Tutup Celah Penyimpangan Anggaran, Raih 'Bendahara Satker Terbaik'"
(lir/knv)