Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta menekankan pentingnya keluarga untuk ikut menjaga kesehatan mental ibu. Sebab, kondisi psikis ibu menentukan kualitas pengasuhan, keharmonisan keluarga serta tumbuh kembang anak.
"Seorang ibu tidak hanya berperan dalam melahirkan dan merawat anak, tetapi juga menjadi pusat emosi dan stabilitas di dalam keluarga," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Dinas PPAPP DKI Jakarta Evi Lisa dalam seminar daring bertema "Merawat Kesehatan Mental Ibu sebagai Pilar Ketahanan Keluarga" dilansir Antara, Sabtu (22/11/2025).
Dia mengatakan pentingnya menjaga kesehatan mental ibu, salah satunya karena berbagai penelitian menunjukkan sekitar 1 dari 3 ibu mengalami tekanan psikis selama menjalani peran sebagai ibu, baik akibat faktor ekonomi, sosial maupun tuntutan perang ganda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila tekanan psikis itu tidak ditangani, maka dapat berdampak pada stres yang berkepanjangan, burnout (kelelahan fisik, mental dan emosional yang ekstrem) bahkan gangguan kesehatan mental yang serius. Dia menegaskan, perhatian terhadap kesehatan mental ibu bukan hanya isu personal, tetapi menjadi agenda penting pembangunan keluarga dan ketahanan sosial.
Evi menyampaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen untuk meningkatkan edukasi dan literasi kesehatan mental bagi perempuan dan keluarga, serta memperluas akses terhadap layanan konseling dan pendampingan psikologis.
Selain itu, Pemprov DKI juga mendorong hadirnya lingkungan yang suportif, baik dari suami, keluarga maupun komunitas, serta menguatkan sinergi lintas sektor untuk perlindungan dan kesejahteraan perempuan dan anak.
Salah satu upaya dalam mewujudkan komitmen itu, yakni dengan menyelenggarakan seminar daring yang menghadirkan pakar kesehatan yang bertujuan menambah wawasan masyarakat sekaligus menjadi gerakan bersama untuk lebih peduli, lebih peka, dan lebih sigap dalam mendukung ibu.
"Karena ketika Ibu kuat secara mental, maka keluarga akan kokoh, anak-anak tumbuh sehat, dan masyarakat menjadi lebih tangguh," ungkap Evi.
Selain itu, Pemprov DKI juga menghadirkan laman puspa.jakarta.go.id yang menyediakan layanan konsultasi gratis bagi semua masyarakat, termasuk kaum ibu.
Pada layanan tersebut, terdapat banyak konselor yang ahli dalam bidang keluarga, anak, remaja, lansia, parenting (pola pengasuhan), gizi, kewirausahaan, keuangan, hukum keluarga, laktasi, dan kesehatan reproduksi yang siap membantu masyarakat.
Warga Jakarta yang mengalami masalah kesehatan mental juga dapat memanfaatkan layanan telekonsultasi JakCare sebagai pertolongan pertama dan deteksi dini. Layanan ini dapat diakses melalui aplikasi JAKI (Jakarta Kini) atau menghubungi 0800-1500-119 (gratis).
Depresi Lebih Banyak Dialami Wanita
Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Yunita Arihandayani mengungkapkan, masalah kesehatan jiwa, khususnya depresi lebih banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Dia mengimbau warga untuk skrining kesehatan jiwa.
"Masalah kesehatan jiwa dalam satu bulan terakhir, perempuan itu 2,6 persen untuk rata-rata nasional, laki-laki 1,5 persen," kata Yunita dalam seminar yang sama.
Yunita merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mengatakan, prevalensi perempuan berusia di atas 15 tahun yang mengalami depresi tercatat 1,8 persen sementara laki-laki 1,6 persen. SKI juga menunjukkan perempuan lebih banyak mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup daripada pada laki-laki, yakni 0,33 persen berbanding 0,17 persen.
Meski demikian, perempuan lebih banyak yang mencari pengobatan gejala depresi ketimbang laki-laki, yakni 12,9 persen, sementara laki-laki 12,5 persen. Yunita menyampaikan, masalah kesehatan jiwa (keswa) berkaitan dengan risiko mengalami kekerasan.
"Seseorang yang kondisi fisik dan sehat mentalnya tidak baik atau kurang itu berisiko untuk mengalami kekerasan," kata dia.
Data tahun 2019-2024 memperlihatkan tren kasus kekerasan pada perempuan cenderung meningkat. Pada tahun 2022, misalnya, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 11.538, lalu naik menjadi 11.712 pada tahun 2023, dan menjadi 12.161 kasus pada tahun 2024.
Pemerintah, kata Yunita, melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terkait penanganan masalah kesehatan jiwa. Promotif, yakni upaya untuk menjaga masyarakat yang sehat jiwa itu tetap sehat jiwa.
Kemudian, upaya preventif atau pencegahan masyarakat yang berisiko masalah kesehatan jiwa tidak sampai jatuh ke masalah atau gangguan jiwa yang dilakukan dengan deteksi dini. Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitatif ini dilakukan bagi yang sudah mengalami gangguan.
Dia menambahkan, skrining kesehatan jiwa dapat dilakukan untuk deteksi dini dan pencegahan. Skrining bisa dilakukan di Puskesmas dan saat ini hampir seluruh Puskesmas di Jakarta sudah menyediakan psikolog klinis.
Simak juga Video: KPAI Sebut Dampak Psikis Anak Korban dari Kasus Gus Elham











































